Foto Museum Purna Bhakti Pertiwi

Ketika memasuki area utama museum segera terlihat ada dua patung penari Bali dari uang kepeng di kiri kanan lintasan, serta patung Ibu Tien Soeharto di arah depan. Museum Purna Bhakti Pertiwi Jakarta diresmikan Soeharto pada 23 Agustus 1993, bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-70 Tien Soeharto, 3 tahun sebelum kematiannya pada tahun 1996.

When entering the main area of the museum, you can immediately see two statues of Balinese dancers made of Uang Kepeng on either side of the track, and a statue of Ibu Tien Soeharto in the fore front. The Purna Bhakti Pertiwi Museum was inaugurated by Soeharto on August 23, 1993, to coincide with the anniversary of Tien Soeharto's 70th birthday, 3 years before her death in 1996.



Di tempat lain ada mangkuk berpenutup terbuat dari perak dan patung gajah dari kayu dilapis perak dengan miniatur gading asli. Banyak sekali barang berharga terbuat dari perak dan gading di Museum Purna Bhakti Pertiwi. Ada pula koleksi patung perak penari Melayu, diberikan oleh penasehat ekonomi dari Malaysia, dan kereta kerajaan terbuat dari perak bernama "Kanjeng Kyai garuda Yaksa" Keraton Yogyakarta, yang diberikan keluarga Imam Sapardi, pada 23 Agustus 1983.

Elsewhere there's a bowl with a lid made of silver and a wooden elephant statue covered in silver with a miniature of real ivory. Lots of valuables made of silver and ivory at the Purna Bhakti Pertiwi Museum. There's also a collection of silver statues of Malay dancers, a gift by economic advisors from Malaysia, and a royal carriage made of silver named "Kanjeng Kyai garuda Yaksa" Yogyakarta Palace, which was a gift from Imam Sapardi's family, on 23 August 1983.



Patung petani dengan anak isteri serta kerbaunya yang semuanya disepuh emas di Museum Purna Bhakti Pertiwi , mengingatkan saya pada masa kecil di kampung.

Statue of a farmer with his wife, son and buffalo, all of which are gold plated, reminds me of my childhood in the village.



Kereta kerajaan yang dibuat dari perak bernama "Kanjeng Kyai garuda Yaksa" Keraton Yogyakarta, yang diberikan oleh keluarga Imam Sapardi, pada 23 Agustus 1983. Ada pula miniatur pedati perak, piring perak yang dibuat di UD Deluxe Yogya 80, teko teh perak dengan motif wayang.

A royal carriage made of silver named "Kanjeng Kyai garuda Yaksa" of Yogyakarta Palace, a gift from Imam Sapardi's family, on August 23, 1983. There're also miniature of silver wagons, silver plates made at UD Deluxe Yogya 80, and a teapot of silver tea with puppet motifs.



Sebuah ukiran halus menggambarkan para penghuni hutan pada kayu berukuran besar berdiri tegak di ruangan utama museum.

A fine carving depicting forest dwellers on large wood standing tall in the main room of the museum.



Patung karya Agung Bunakur Partawijaya dari Jawa Tengah, dibuat pada 1992, setinggi 2,15 meter yang menggambarkan penggalan kisah Mahabharata tentang kelahiran Parikesit, anak Abimanyu, sedangkan Abimanyu adalah anak Arjuna. Parikesit adalah raja besar yang akan memimpin Astina setelah selesainya Bharatayudha.

A statue by Agung Bunakur Partawijaya from Central Java, made in 1992, with 2.15 meters high and depicts a fragment of the Mahabharata story about the birth of Parikesit, Abhimanyu's son, while Abhimanyu is Arjuna's son. Parikesit was a great king who will lead Astina after the completion of Bharatayudha.



Patung sebatas dada yang dibuat dari bahan perunggu seorang Kepala Suku, diberikan oleh Laksamana Muda Okhai M. Akhigbe, Panglima Angkatan Laut Nigeria, yang diberikan pada 21 Agustus 1995.

A statue, made of bronze, of a Chieftain, presented by Rear Admiral Okhai M. Akhigbe, Commander of the Nigerian Navy, given on 21 August 1995.



Kotak perhiasan perak, di dalamnya ada kotak-kotak dari batu pualam dengan ornamen indah, yang diberikan oleh Hun Sen, Perdana Meneteri Kambodia saat itu.

Silver jewelry box, inside there're boxes of marble with beautiful ornaments, given by Hun Sen, the Prime Minister of Cambodia at that time.



Di latar belakang adalah gading pemberian Bupati Bengkulu Utara, gading pemberian AT Ahmed Dubes Somalia untuk RI. Sebelah kiri adalah bokor dari perak pemberian LetJen Cheng daari Myanmar, di tengah jam berlapis perak pemberian Puzyk dari Rusia, dan di sebelah kanan adalah kotak perak pemberian Dowaee Chullasapya Wamenhan Thailand.

In the background is an ivory given by the Regent of North Bengkulu, and ivory given by AT Ahmed the Ambassador of Somalia to RI. On the left is a silver bowl given by Lieutenant General Cheng from Myanmar, in the middle is a silver-plated clock given by Puzyk from Russia, and on the right is a silver box given by Dowaee Chullasapya, Deputy Minister of Defense of Thailand.



Patung perak penari Melayu, diberikan oleh Yab Tun Dato Paduka Daim Zaenudin, seorang penasehat ekonomi yang berasal dari negeri jiran, Malaysia, pada 20 Agustus 1997.

Statue of Silver Malay dancer, awarded by Yab Dato Paduka Tun Daim Zaenudin, an economic adviser who came from the neighboring country, Malaysia, on 20 August 1997.



Membrayut, karya I Ketut Modern dari Bali yang dibuat dari Kayu Johar, pemberian Keluarga Sudwikatmono. Jaman Dahulu orang percaya bahwa banyak anak banyak rezeki. Kini orang mulai percaya bahwa banyak anak banyak masalah.


Membrayut, a work of I Ketut Modern from Bali made from Johar Wood, a gift by the Sudwikatmono family. In the past, people believed that many children many fortune. Now people are starting to believe that many children many problems.



Jambangan porselen dari Tiongkok dan Korea, dua meja berhiaskan kerang mutiara dari Batam, penyekat ruangan dari Korea, vas bunga enamel, dan empat buah permadani yang diantaranya berasal dari Timur Tengah.

Porcelain vases from China and Korea, two tables decorated with pearl shells from Batam, a room divider from Korea, an enamel flower vase and four rugs, some of which were from the Middle East.



Surau terbuat dari perak dari Kendari Sulawesi Tenggara, aneka patung binatang dari perak juga dari Kendari, serta maket rumah gadang dari perak buatan Kendari pemberian Masyarakat Minangkabau di Jakarta yang diberikan saat acara pembukaan kembali anjungan Sumatera Barat di TMII pada 21 April 1985.


A small mosque made of silver from Kendari Southeast Sulawesi, various silver animal statues also from Kendari, as well as a silver big house mockup made in Kendari given by the Minangkabau Community in Jakarta which was given during the reopening of the West Sumatra pavilion at TMII on April 21, 1985.



Koleksi berbagai benda terbuat dari perak pemberian dari pejabat dan orang asing, diantaranya adalah bokor perak, piring perak, tempat saus dari perak, sebagian dibuat di Kotagede, ada pula yang dibuat di Kamasan, Klungkung.

A collection of various items made of silver given by officials and foreigners, among them are silver bowls, silver plates, silver sauce place, some were made in Kotagede, some were made in Kamasan, Klungkung, Bali.



Kapal layar tradisional terbuat dari perak, hadiah yang diberikan oleh Masyarakat Indonesia di Spanyol.

Traditional sailing ship made of silver, a gift by the Indonesian people in Spain.



Patung Buddha dan anak-anak terbuat dari batu jade pemberian Syamsul Nursalim, pada 20 Maret 1996, saat masih menjadi Managing Director BDNI.

The statue of Buddha and children made of jade stone was given by Syamsul Nursalim, on March 20, 1996, when he was still the Managing Director of BDNI (Indonesia State Trade Bank).



Patung kuda terbuat dari batu jade, pemberian Syamsul Nursalim pada 9 Maret 1994. Berdasarkan warnanya, jade bisa dikelompokkan menjadi enam, yaitu jade putih, kelabu. kelabu hijau, hijau biru, kemerahan, dan merah coklat. Paling mahal adalah jade hijau gelap dan bersinar terang.

Horse statue made of jade stone, given by Syamsul Nursalim on March 9, 1994. Based on its color, jade can be grouped into six, namely white and gray jade, gray green, blue green, reddish, and red brown. Most expensive one is dark green jade which shines brightly.



Di sebelah kiri adalah dua buah topi perang tradisional Jepang bernama Kabuto, dan sebuah patung pemberian Lee Teng Hui dari Taiwan.

On the left are two traditional Japanese war hats named Kabuto, and a statue given by Lee Teng Hui from Taiwan.



Tempat tidur antik yang sangat cantik terbuat dari jade dari Provinsi Yunan yang disebut "Jadeite" berwarna hijau bayam. Tempat tidur ini diperkirakan dibuat pada jaman Dinasti Ching (1644-1916 M) oleh seniman dari Beijing, pemberian Keluarga Probosutedjo.

An exquisite antique bed made of jade from the Yunan Province called “Jadeite” in spinach green. This bed is thought to have been made during the Ching Dynasty (1644-1916 AD) by an artist from Beijing, gifted by the Probosutedjo Family.



Koleksi batu marmer dan onyx berbentuk patung singa, ayam, aneka mangkuk, meja dan guci dari Tulungagung, Jawa Tengah. Ada pula tempat lilin karya Krisna dari Jawa Tengah, ukiran dinding dari marmer asal Timur Tengah dan permadani.

A collection of marble and onyx stones in the form of lions, chickens, various bowls, tables and jars from Tulungagung, Central Java. There is also a candle holder by Krisna from Central Java, marble wall carvings from the Middle East and tapestries.



Patung burung elang terbuat dari marmer berisi kata-kata Jenderal Sudirman yang diucapkan pada 1 Agustus 1949, pemberian Jenderal TNI SUbagyo HS, KSAD, pada 26 Juni 1998.

The eagle statue made of marble contains the words of General Sudirman spoken on August 1, 1949. A gift by General TNI SUbagyo HS, KSAD (army chief of staff), on June 26, 1998.



Di bagian ini terdapat koleksi permainan catur buatan Darze Benzoni - Itali terbuat dari perunggu, buatan Lalique Perancis, dan King & Country Collection - Hongkong, serta ada pula patung elang dan koleksi kain tenun.

In this section there's a collection of chess games by Darze Benzoni - Italy made of bronze, made by French Lalique, and King & Country Collection - Hong Kong, as well as a statue of an eagle and a collection of woven fabrics.



Patung marmer Pangeran Diponegoro pemberian Liem Sioe Liong pada 18 Maret 1989.

A marble statue of Prince Diponegoro given by Liem Sioe Liong on March 18, 1989.



Koleksi papan dan buah catur elok lainnya terbuat dari perunggu, serta koleksi batu marmer dalam bentuk telur serta kura-kura terbuat dari jade.

A collection of beautiful boards and chess pieces made of bronze, as well as a collection of marble stones in the shape of eggs and turtles made of jade.



Koleksi batuan berupa patung badak dari Zimbabwe, dan di dekatnya namun tak terlihat pada foto ada pula patung Eskimo, buah tomat dari batu alam, batu berbentuk telur dan koleksi cantik lainnya.

A collection of rocks in the form of a rhinoceros statue from Zimbabwe, and nearby but not visible in the photo, there're also Eskimo statues, tomatoes made of natural stones, egg-shaped stones and other beautiful collections.



Perahu Delapan Naga, sebuah mahakarya yang dibuat dari Nephrite jade, batu yang berasal dari Provinsi Sinkiang, Cina, replika kapal kaisar Tiongkok dari Dinasti Qin, Sui, Tang, dan Sung, pemberian Keluarga Sudwikatmono, Herman Wijaya, dan Budi Djouari.

Eight Dragons Boat, a masterpiece made from Nephrite jade, a stone from Sinkiang Province, China, a replica of Chinese emperor ships from the Qin, Sui, Tang, and Sung dynasties, gifted by the Sudwikatmono family, Herman Wijaya, and Budi Djouari.



Di kelompok ini terdapat koleksi kristal yang terdiri dari vas, mangkuk, patung kepala kuda, tempat lilin, patung batu Inukshuk dari kristal, dan benda-benda lain, diantara berasal dari pemberian Dan Qualye dari US, Sultan Pahang, Mobil, Chevron, Lions Club, dan banyak lagi petinggi lokal dan asing lainnya.

In these groups there're collection of crystals consisting of vases, bowls, horse head sculptures, candle holders, Inukshuk stone statues made of crystals, and other objects, including gifts from Dan Qualye from the US, Sultan Pahang, Mobil, Chevron, Lions Club , and many other local and foreign officials.



Bagian belakang dari karya berjudul Langlang Buana, terbuat dari akar pohon karet berusia 100 tahun.

The back side of a work entitled Langlang Buana, made from roots of a 100 year old rubber tree.



Koleksi patung kuda dalam berbagai bentuk, ukuran, dan posisi, terbuat dari marmer asal Tiongkok, dan ada pula patung kuda terbuat dari kuningan asal Juana, Rembang, Jawa Tengah.

A collection of horse statues in various shapes, sizes and positions, made of marble from China, and there is also a horse statue made of brass from Juana, Rembang, Central Java.



Koleksi unggas terbuat dari bahan porselen buatan Herend - Hongaria, Bohemia - Chekoslovakia, Guiseppe Cherato dan Capodimont - Italia, Gotto Original dan Kaiser - Jerman, serta BNR dari Sapanyol.

Poultry collection made from porcelain and made by Herend - Hungary, Bohemia - Czechoslovakia, Guiseppe Cherato and Capodimont - Italy, Gotto Original and Kaiser - Germany, and BNR from Spain.



Patung kuda dan penungganya terbuat dari perunggu, serta patung kuda terbuat dari jade hijau, serta lukisan Soeharto yang terbuat dari bahan multiplek, pemberian dari tokoh nasional dan pejabat asing.

The horse and its rider statues are made of bronze, as well horse statues made of green jade, and Suharto's paintings made of multiplex materials, gifts from national figures and foreign officials.



Langlang Buana, sebuah karya mengagumkan dari I Wayan Asin, Bali, dengan memakai bahan akar pohon karet berusia 100 tahun yang memakan waktu 16 bulan untuk menyelesaikannya . Ukiran ini menceritakan Nawa Sanga, atau Sembilan Dewa Pelindung yang menjaga 9 arah mata angin. Mereka adalah Brahma (Selatan), Wisnu (Utara), Siwa (Pusat), Iswara (Timur), Mahadewa (Barat), Sambhu (Timur Laut), Maheswara (Tenggara), Rudra (Barat Laut) and Sangkara (Barat Daya), koleksi Museum Purna Bhakti Pertiwi.

Langlang Buana, an amazing work from I Wayan Asin, Bali, using root material of a 100 year old rubber tree which took 16 months to complete. This carving tells of Nawa Sanga, or the Nine Guardian Gods who guard the 9 cardinal directions. They are Brahma (South), Wisnu (North), Shiva (Center), Iswara (East), Mahadeva (West), Sambhu (Northeast), Maheswara (Southeast), Rudra (Northwest) and Sangkara (Southwest), a collection of Purna Bhakti Pertiwi Museum.



Sebuah patung penunggang kuda berbaju zirah lengkap dengan pedang terhunus berukuran besar yang diletakkan secara terpisah.

A statue of a horseman in an armor complete with a large drawn sword placed separately.



Gading berukir karya seniman Bali, patung kuda terbuat dari kulit, keramik dan kayu, dan ada pula alat musik rebana, tempat sirih oval dari lak, lukisan dari Tiongkok dan kain panjang antik sutera untuk perlengkapan kursi pengantin suku Dayak.

Carved ivory by Balinese artists, horse statues made of leather, ceramics and wood, and there is also a tambourine musical instrument, an oval betel holder made of lacquer, paintings from China and antique silk long cloth for Dayak wedding chairs.



Koleksi kuda terbuat dari perunggu yang tampaknya berjudul The Arab Falconer (1880) karya P.J. Mene.

A collection of horses made of bronze that apparently titled The Arab Falconer (1880) by P.J. Mene.



Koleksi kuda terbuat dari perunggu yang berjudul The Wicked Pony (1898) dan Rattlesnake (1905) karya Frederick Remington, USA.

A bronze horse collection entitled The Wicked Pony (1898) and Rattlesnake (1905) by Frederick Remington, USA.



Sekelompok patung yang dibuat dari bahan uang kepeng karya Dewa Made Windia dari Peliatan, Ubud, Bali. Ada Penari Bali, pemain Gamelan Bali, patung Selamat Datang (Penyembrama), Patung Peniup Suling, dan patung persembahan (Canang Rebong).

A group of statues made of Uang Kepeng by Dewa Made Windia from Peliatan, Ubud, Bali. There are Balinese dancers, Balinese Gamelan players, a Selamat Datang statue (Penyembrama), a statue of a flute player, and an offering statue (Canang Rebong).



Empat buah guci keramik berukuran besar asal Tiongkok dengan detail ornamen khas oriental yang sangat indah.

Four large ceramic jars from China with beautiful oriental ornament details.



Koleksi keramik dan porselen berupa guci dengan tinggi 3,88 meter buatan Jingdezhen, Cina, piring hias, tempayan, dan jambangan. Ada juga penyekat ruang dengan hiasan burung merka dan bunga peony dari sulaman benang sutera (Korea).

A collection of ceramics and porcelain in the form of jars with a height of 3.88 meters made in Jingdezhen, China, also decorative plates, jars, and vases. There is as well a space block with bird decorations and peony flowers from silk embroidery (Korean).



Sebuah sudut di Museum Purna Bhakti Pertiwi dengan kesan tradisional kental.

A corner in the Purna Bhakti Pertiwi Museum with a thick traditional impression.



Dua buah topeng dengan rupa sangat ekspresif, patung pria dan wanita Jepang berpakaian tradisional lengkap yang unik.

Two masks with very expressive shapes, a statue of a Japanese man and woman wearing a unique traditional dress.



Pertarungan mematikan antara Rahwana dan Jatayu dalam kisah Ramayana, karya I Ketut Moderen, Bali, yang terbuat dari pohon Johar setinggi 3,45 meter, pemberian Keluarga Sudwikatmono.

A deadly battle between Rahwana and Jatayu in the story of Ramayana, by I Ketut Modern, Bali, which was made of the 3.45 meter high Johar tree, was given by the Sudwikatmono family.



Empat buah gading berukir motif Bima Suci, ikan dan Ramayana karya seniman asal Bali. Ada pula koleksi kain songket Bali, mangkuk berkaki dari marmer dengan hiasan perak berukir, serta kotak perhiasan dari lak.

Four ivory carved with Bima Suci motifs, fish and Ramayana by Balinese artists. There are also collections of Balinese songket cloth, marble legged bowls with ornate silver ornaments, and lacquer jewelery boxes.



Koleksi empat buah gading berukir cerita Ramayana karya seniman Bali, serta sebuah kain songket Bali warna hitam dengan aplikasi benang emas.

A collection of four ivory pieces carved with Ramayana stories by Balinese artists, as well as a black Balinese songket cloth with gold thread applications.



Lima koleksi gading, hiasan dinding Isiphephetu yang merupakan perangkat pakaian tradisional remaja putri Afrika Selatan. Ada pula ukiran Asmat dari kayu, dua buah telur Kasuari berukir, catur, dan kain tenun.

Five collections of ivory, wall decoration of Isiphephetu, which are traditional clothes for South African girls. There are also wooden Asmat carvings, two carved cassowary eggs, chess, and woven cloth.



Koleksi gading berukir motif Ramayana karya seniman Bali, ukiran kayu, patung penari Bali dari uang kepeng karya Ida Bagus Pantja, dan patung Rama Shinta karya I Gusti Ngurah Rodji, pemberian Keluarga Norman Sasono.

Collection of ivory engraved with Ramayana motifs by Balinese artists, wood carvings, Balinese dancer statues made from coins by Ida Bagus Pantja, and a statue of Rama Shinta by I Gusti Ngurah Rodji, gifted by Norman Sasono family.



Koleksi empat buah gading, tiga diantaranya berukir kisah Ramayana, dan patung penari meniup seruling terbuat dari uang kepeng karya Dewa Windia, serta sebuah kain songket Bali.

A collection of four pieces of ivory, three of which are carved with the Ramayana story, and a statue of a dancer blowing a flute made of coins by Dewa Windia, as well as a Balinese songket cloth.



Ukiran pada akar kayu yang sangat indah serta koleksi gading yang diukir dengan kisah Ramayana.

Exquisite carvings on wooden roots as well as a collection of ivory engraved with the Ramayana story.



Deretan ruang pajang dengan berbagai koleksi gading yang diukir dengan detail rumit, serta koleksi penari yang terbuat dari uang kepeng, dan koleksi berharga lainnya.

A row of display rooms with various collections of ivory carved with intricate details, as well as a collection of dancers made of Uang Kepeng, and other valuable collections.



Museum Purna Bhakti Pertiwi diresmikan Soeharto pada 23 Agustus 1993, bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-70 Ibu Tien Soeharto, 3 tahun sebelum kematiannya yang terjadi pada tahun 1996.

The Purna Bhakti Pertiwi Museum was inaugurated by Soeharto on 23 August 1993, to coincide with the 70th birthday of Mrs. Tien Soeharto, 3 years before her death which occurred in 1996.

Foto biografi Soeharto selama aktif di ketentaraan karya Noor Kurniawan dibuat April 2006 pada kertas berukuran 150x120 cm, terdiri dari sekitar 2800 foto kecil-kecil dan selesai dikerjakan selama sekitar dua bulan, pemberian Bob Hasan di acara hari ulang tahun Soeharto 8 Juni 2006.

A biographical photo of Suharto while active in the army by Noor Kurniawan made in April 2006 on 150x120 cm paper, consisting of about 2800 small photos and finished in about two months, given by Bob Hasan at Suharto's birthday on June 8, 2006.



Pandangan lebih dekat pada foto kecil-kecil yang menyusun gambar Soeharto pada foto sebelumnya.

A closer look at the small photos that compose Suharto's image in the previous photo.



Koleksi gamelan di lantai dua Museum Purna Bhakti Pertiwi yang terdiri dari laras pelog dan slendro, pemberian dari Pepadi (Persatuan Pedalangan Indonesia).

The gamelan collection on the second floor of the Purna Bhakti Pertiwi Museum consists of pelog and slendro tunings, given by Pepadi (Indonesian Pedalangan Association).



Rangda, lambang kekuatan jahat; Barong Ket (Keket), lambang kekuatan baik; dan Celuluk, lambang kekuatan jahat yang lain. Sebuah karya I Wayan Raka, Bali, yang disimpan di Museum Purna Bhakti Pertiwi lantai 2.

Rangda, the symbol of evil forces; Barong Ket (Keket), a symbol of good strength; and Celuluk, another symbol of evil forces. A work of I Wayan Raka, Bali, which was kept in the 2nd floor of the Purna Bhakti Pertiwi Museum.



Suasana di lantai dua yang relatif sepi, menyimpan koleksi tidak sebanyak dan sekaya yang ada di lantai satu Museum Purna Bhakti Pertiwi. Lantai ini menyimpan koleksi lukisan, aneka ragam kain / bordir, koleksi keramik, rumah toraja, laquer, tempat tidur Cina dan perangkat barong.

The atmosphere on the second floor was relatively quiet, keeping collections that were not as many and rich as the one on the first floor of the Purna Bhakti Pertiwi Museum. The floor houses a collection of paintings, various kinds of fabrics / embroidery, a collection of ceramics, toraja houses, laquer, Chinese beds and barong ware.



Sebuah patung Rama - Shinta serta sebuah kain tenun cantik yang disimpan di lantai dua.

A statue of Rama - Shinta and a beautiful woven cloth kept on the second floor.



Koleksi caping hias, hiasan dinding, kain tenun, guci, partisi, lukisan, serta beberapa koleksi lainnya yang disimpan di lantai dua.

A collection of decorative hats, wall hangings, woven fabrics, jars, partitions, paintings, and several other collections stored on the second floor.



Pesan mendiang Presiden Soeharto yang ditulis pada batu yang berwujud gunungan, berbunyi "Hanya sebutir pasir yang dapat kami beri untuk memperkokoh pondasi Negara Republik Indonesia", ditandatangani pada 23 Agustus 1993.

A message from the late President Soeharto, written on a rock in the shape of a mountain, reads "Only a grain of sand that we can give to strengthen the foundations of the Republic of Indonesia", signed on 23 August 1993.



Bangunan Museum Purna Bhakti Pertiwi berbentuk kerucut yang bentuknya menyerupai nasi tumpeng dalam tradisi Jawa itu dibangun di atas tanah seluas 19,7 hektar dengan luas keseluruhan bangunan 25.095 m2.

The Purna Bhakti Pertiwi Museum building in the shape of a cone which looks like tumpeng rice in the Javanese tradition was built on an area of 19.7 hectares with a total building area of 25,095 m2.



©2021 Ikuti