Foto Museum POLRI

Tengara Museum POLRI Jakarta menempel pada serambi gedung di belakang Monumen dan patung Bapak Kepolisian Negara RI R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo. Monumen ini diresmikan pada 14 Februari 2001 oleh Presiden RI KH Abdurrahman Wahid sebagai pendorong semangat dalam melanjutkan pembangunan POLRI yang profesional dan dicintai rakyat.



Ruang pamer ini yang berada di lantai dasar Museum POLRI Jakarta, dengan koleksi kereta angin (sepeda onthel), sepeda motor, dan sepeda motor tandem yang biasa terlihat wara-wiri selama masa pendudukan dan periode revolusi kemerdekaan RI di akhir tahun 40-an.



Di tempat ini dipajang Garand M1 buatan Amerika Serikat keluaran 1917, Senapan Lee Enfield buatan Inggris 1917, dan Senapan Mauser buatan Jerman antara 1920-1938. Koleksi pistol dan senjata laras pendek juga dipamerkan di lantai satu Museum POLRI Jakarta, selain berbagai peralatan polisi untuk keperluan komunikasi dan penyidikan.



Berdiri pada tiang di bagian tengah adalah pataka lambang POLRI, bersisian dengan patung polisi menggandeng anak perempuan berpunggungan dengan dua patung lainnya. Semboyan POLRI berupa Tribrata dan Catur Prasetya terlihat menempel pada dinding.



Seragam POLRI di sebelah kanan, dan menempel pada dinding adalah poster tentang Museum POLRI, dan di sebelahnya poster berisi Sejarah POLRI. Di belakang sana ada diorama dan patung polisi yang berwarna tembaga. Pada poster itu disebutkan bahwa melalui Museum POLRI diharapkan muncul gambaran tentang watak kelembagaan POLRI yang semakin profesional, modern, dan mandiri, sesuai tuntutan perkembangan zaman.



Koleksi berbagai persenjataan dan peralatan polisi yang dipajang di lantai satu Museum POLRI, seperti Senjata Mesin Berat model HMG/ SG 43 buatan Uni Soviet tahun 1946 (kiri ) yang digunakan Resimen II Brigade Mobil Jawa Barat selama perang pembebasan Irian Barat pada tahun 1963. Di sebelah kanan adalah Roket SPG 82 buatan Uni Soviet tahun 1946.



Sisi pandang berbeda pada Senjata Mesin Berat model HMG/ SG 43 buatan Uni Soviet keluaran tahun 1946 dan peluncur Roket SPG 82 buatan Uni Soviet keluaran tahun 1946. Di latar belakang ada patung polisi dengan seragam jaman dahulu yang kini sudah tak dipakai lagi.



Sejumlah senapan laras panjang dari jaman sebelum Perang Dunia II yang dipajang di Museum Polri, baik senapan buatan Amerika Serikat, Inggris, dan juga buatan Jerman. Persenjataan ini mungkin sebagian masih bisa digunakan, sehingga pengamanannya juga mestinya cukup ketat.



Hall of Fame terletak di lantai dasar Museum POLRI, berisikan kutipan kata dan foto para mantan Kepala Kepolisian RI, dari mulai kepala polisi yang pertama, hingga yang terakhir. Foto-foto kenangan peristiwa yang bersejarah juga dipasang di tempat ini.



Sejumlah tema yang berhubungan dengan organisasi kepolisian dan berbagai aksi satuan-satuan polisi di masa lalu di lantai 2 Museum POLRI, seperti aksi kepahlawanan oleh satuan-satuan polisi dan dokumentasi kegiatan polisi dalam memerangi aksi terorisme.

Sebuah monumen kecil yang terlihat di sebelah kiri gambar adalah miniatur Monumen Gorom yang dibuat untuk mengenang peran Polisi selama operasi Trikora pada tahun 1962 yang dimulai dari Pulau Gorom, di wilayah Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku.



Lukisan sketsa pelaku sejumlah peledakan bom juga dipajang di Museum POLRI, diantaranya adalah pelaku peledakan Bom Bali pada 12 Oktober 2002, pelaku peledakan bom Marriott, lukisan sketas Hambali, dan lukisan rekayasa kepala Asmar yang hancur di Marriott.



Sebuah model atau maket yang memperlihatkan kondisi toko dan restoran yang luluh lantak setelah terjadinya bom Bali. Maket ini bisa ditemukan di lantai dua Museum POLRI. Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, hancur dalam waktu yang hampir bersamaan pada pukul 23.05 Wita, 12 Oktober 2002. Lebih dari 200 orang tewas dan 200 lebih lainnya luka berat ringan.



Sepeda kumbang bersejarah yang digunakan Soekitman. Pada 30 September 1965 malam, Soekitman yang sedang berpatroli mendengar suara tembakan. Ia pun bergegas mengayuh sepedanya mendekati sumber suara di rumah Jenderal DI Panjaitan. Namun ia ditangkap dan dibawa ke Lubang Buaya, dan adalah Soekitman yang menjadi saksi pembunuhan pemimpin TNI di sana. Soekitman mendapatkan kenaikan pangkat dari AKP (Ajun Komisaris Polisi) menjadi AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi). Ia wafat pada 30 September 2007 dalam usia 64 tahun.



Diantara kutipan kata pada Hall of Fame adalah "Polisi jangan menjadi momok masyarakat" dari Jenderal Polisi Drs. Hoegeng Iman Santoso, "Senyummu adalah suksesku" dari Jenderal Polisi Drs. Kunarto MBA, "Tujuan kami adalah meningkatkan pelayanan kepada masyarakat" dari Jenderal Polisi Drs. Dibyo Widodo, dan beberapa kata kutipan lainnya lagi.



Deretan foto para Kepala Kepolisian RI, lengkap dengan medali, bintang jasa, dan tongkat komando. Beberapa kata kutipan adalah "Polri harus merupakan wadah yang benar-benar dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat serta mampu menjadikan dirinya sebagai tempat mengadu" dari Jenderal Polisi Drs. Mohamad Hasan. Ada pula kutipan kata Jenderal Polisi Drs. Widodo Budidarmo "Percayalah bahwa Polri mempunyai dedikasi dan sifat jujur".



Alasan kenapa Polri memiliki senjata berat adalah pada jaman Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto, Polri dilibatkan dalam operasi militer dan pertempuran, karena menjadi bagian dari TNI. Baru setelah reformasi, Polri terpisah dari militer, namun masih memiliki kesatuan elit Brimob dan Densus 88 yang kuat.



Sejumlah pedang dan samurai dipajang diantara dua patung perunggu polisi dengan seragam dari jaman dahulu. Seragam polisi kini dibuat lebih ramah, sesuai dengan fungsi utamanya sebagai pengayom dan pelindung masyarakat.



Koleksi Museum POLRI yang menarik ini adalah sebuah sepeda motor dengan merk Harley Davidson WLA C Class. Sepeda motor dengan tenaga besar ini pernah digunakan oleh Polri untuk patroli pada sekitar tahun 1943.



Prasasti dengan lambang Garuda Pancasila, menandai peresmian Monumen Bapak Kepolisian Negara Republik Indonesia R.S. Soekanto Tjokrodiatmodjo pada 14 Februari 2001 oleh Presiden RI KH Abdurrahman Wahid, yang bertujuan sebagai pendorong semangat dalam melanjutkan pembangunan POLRI yang profesional dan dicintai rakyat. Soekanto dilantik menjadi Kapolri yang pertama pada 29 September 1945, dan menjabat hingga 14 Desember 1959.



Halaman depan museum dengan sebuah mobil truk polisi bernomor 4383-04 dengan garis khas merah kuning yang dipajang di atas beton bundar di dekat gerbang masuk, dan patung Kapolri yang pertama Soekanto Tjokrodiatmodjo.



©2021 Ikuti