Foto Makam Pangeran Sanghyang

Seorang pengendara sepeda motor terlihat sedang melintas di depan kompleks Makam Pangeran Sanghyang Jatinegara Kaum Jakarta Timur. Kendaraan roda empat terpaksa diparkir di tepi jalan dengan separuh roda naik ke atas trotoar, agar tidak mengganggu lalu lintas, meskipun merampas hak pejalan kaki. Serba salah memang oleh sebab terbatasnya pilihan.

A motorbike rider was seen passing in front of Pangeran Sanghyang Tomb complex. Four-wheeled vehicles were forced to park on the road side with half the wheels up the sidewalk, so as not to disturb traffic, even if they rob pedestrians of their rights. All wrong was due to limited options.



Bangunan berukuran 8x7 meter di sebelah kiri area adalah cungkup Makam Pangeran Sanghyang. Di sebelah kanan ada bangunan bercat hijau yang berfungsi sebagai musholla dan kantor kuncen yang saat itu tengah tertidur pulas. Saat itu bulan puasa dan matahari baru naik sepenggalah. Jam enak-enaknya tidur. Pohon-pohon kamboja dengan batang sangat tua menghiasi pekarangan di sisi kanan kompleks. Beberapa kubur tua tanpa nama bisa dijumpai di sisi ini. Tidak ada kubur baru di kompleks makam, sebagaimana dituturkan Amin, petugas kebersihan yang muncul sesaat sebelum saya meninggalkan lokasi.

The building measuring 8x7 meters to the left of the area is the cupola of the Prince Sanghyang Tomb. On the right there's a green painted building that functions as a prayer room and an office for the keeper, which at that time was fast asleep. It was the fasting month and the sun had just risen a bit. Enjoy the hours of sleep. Frangipani trees with very old trunks adorn the grounds on the right side of the complex. Several old tombs without names can be found on this side. There were no new graves in the tomb complex, as told by Amin, a janitor who appeared just before I left the site.



Kubur Pangeran Sanghyang dibalut kelambu putih dinaungi payung kerajaan bersusun tiga. Pada dinding ada prasasti pemugaran 17 Agustus 2002 dengan biaya dari keluarga KH Rd Moh Alibasyah. Di sisi kanan adalah kubur "Ibu Sri Ratu Pembayu". Kubur paling kiri dengan batang pohon mati adalah makam Pangeran Tanzul Arifin, lalu kubur Pangeran Nasib.

Prince Sanghyang's grave is wrapped in white mosquito nets under a three-tiered royal umbrella. On the wall there's a restoration inscription on August 17, 2002 at the expense of the KH Rd Moh Alibasyah family. On the right side is the grave of "Mother Sri Ratu Pembayu". The leftmost grave with a dead tree trunk is the tomb of Prince Tanzul Arifin, then the grave of Prince Nasib.



Di cungkup Makam Pangeran Sanghyang ada empat jirat kubur. Setiap kubur terlihat rapih, dilapis keramik bermutu tinggi, dengan panjang makam sekitar 2,25 meter.

In the cupboard of Prince Sanghyang's Tomb there are four tombs. Each tomb looks neat, lined with high quality ceramics, with a tomb length of about 2.25 meters.



Makam paling kiri, dimana terdapat batang pohon mati, adalah makam Pangeran Tanzul Arifin. Di sebelahnya adalah Makam Pangeran Nasib. Beberapa gepok bunga bertangkai beraneka warna di dalam vas keramik, simbol kecintaan pengirimnya, tampak menghiasi bagian atas setiap makam.

The grave on the far left, where there's a dead tree trunk, is that of Prince Tanzul Arifin. Next to it is the Tomb of the Prince of Fate. Several bunches of multicolored stemmed flowers in a ceramic vase, a symbol of the love of the sender, adorn the tops of each tomb.



Pada dinding sebelah kanan terdapat tengara pemugaran makam bertanggal 17 Agustus 2002 yang dibiayai oleh keluarga KH Rd Moh Alibasyah dan putera-puterinya.

On the right wall there's a landmark restoration of the tomb dated 17 August 2002, which was financed by KH Rd Moh Alibasyah family and their sons and daughters.



Pak Hidayat yang menemani saya tampak duduk di sebelah Makam Pangeran Sanghyang, bersimpuh di atas karpet merah bersih yang kondisinya terlihat masih sangat baik. Pada nisan makam di sebelah kanan, tertera tulisan “Ibu Sri Ratu Pembayu”, tanpa huruf “n” di ujungnya, sebagaimana nama bangsawan puteri yang lazim di jumpai di Jawa.

Pak Hidayat, who accompanied me, was seen sitting next to the Tomb of Pangeran Sanghyang, kneeling on the clean red carpet, which still looked in very good condition. On the grave headstone on the right, was inscribed with the words "Ibu Sri Ratu Pembayu", without the letter "n" at the end, as is the name of the princess aristocrats commonly encountered in Java.



Di sebelah kanan cungkup Makam Pangeran Sanghyang terdapat sebuah kubur lagi dengan tulisan Raden Kojong pada nisannya. Sebuah pendopo kecil tampak terlihat berada di belakang sana.

To the right of the Pangeran Sanghyang tomb's cupola is another grave with inscription of Raden Kojong on the headstone. A small pavilion appears at the back there.



Foto kuncen bernama R. H. Upi Supriyadi, terpampang pada jendela kaca di samping pintu masuk ke dalam cungkup Makam Pangeran Sanghyang. Tulisan di bawah fotonya menyebutkan bahwa ia adalah seorang pemerhati Cagar Budaya, serta ada tulisan yang menyatakan bahwa walaupun beberapa kali dilakukan renovasi, tetapi bentuk makam terus dipertahankan.

A photo of the tomb's keeper named R. H. Upi Supriyadi, was plastered on glass window next to the entrance to the Prince Sanghyang Tomb's cupola. The text under the photo states that he's a cultural heritage observer, and there's an inscription stating that even though several renovations were carried out, the shape of the tomb was maintained.



Makam Tubagus Unung bin Tubagus Aslan yang berada di sebelah kiri bangunan cungkup Makam Pangeran Sanghyang. Tidak diketahui siapa beliau ini, selain bahwa tentunya ia seorang bangsawan Banten yang mungkin masih kerabat Pangeran Sanghyang.

Tomb of Tubagus Unung bin Tubagus Aslan which is to the left of the cupola building of the Prince Sanghyang Tomb. It's not known who he was, other than that of course he's a Banten aristocrat who might still be a relative of Prince Sanghyang.



Tulisan peringatan Cagar Budaya di dekat menara kecil bercat hijau ini sudah terlihat kusam dan berkarat pertanda sudah cukup lama terpapar panas dan hujan. Di sebelah kiri belakang adalah gerbang pintu masuk dilihat dari dalam area makam.

A Cultural Heritage warning near the small tower was painted green. It looked dull and rusty, which was a sign that it's been exposed to unfriendly weather for a long time. To the left behind it is the entrance gate seen from inside the tomb area.



Area di ujung foto inilah yang rencananya diperuntukkan bagi area parkir Makam Pangeran Sanghyang dan Makam Pangeran Jayakarta. Entah mengapa lahan parkir seluas 2.150 meter persegi itu belum juga terwujud.

The area at the end of the photo was planned to be the parking area for the Prince Sanghyang Tomb and the Prince Jayakarta Tomb. I didn't know why the 2,150 square meter parking lot hasn't been realized.



Keluar dari makam saya sempat berjalan menyusur pekarangan ke arah kompleks Makam Pangeran Jayakarta yang masih belum dibuka aksesnya itu, menikmati pemandangan gerumbul pohon bambu lebat yang sudah lama tidak pernah saya lihat semenjak tinggal di Jakarta.

When I got out of the grave, I walked along the yard towards the Prince Jayakarta Tomb complex, which access had not yet been made, enjoying the view of thick bamboo trees that I had not seen since I lived in Jakarta.



Pohon-pohon kamboja yang batangnya terlihat sangat tua menghiasi pekarangan di sisi kanan kompleks Makam Pangeran Sanghyang ini. Beberapa kubur tua tanpa nama bisa dijumpai di sisi ini. Tidak ada kubur baru di kompleks makam, sebagaimana dituturkan Pak Amin, petugas kebersihan yang muncul sesaat sebelum saya meninggalkan lokasi.

Frangipani trees which trunks looked very old adorn the yard on the right side of the Prince Sanghyang Tomb complex. Several old tombs without names could be found on this side. There were no new graves in the complex, as told by Pak Amin, a janitor who appeared just before I left the site.



Di sebelah kiri adalah cungkup dimana Makam Pangeran Sanghyang berada, yang di dalamnya juga terdapat beberapa makam lainnya. Sedangkan bangunan bercat hijau di sebelah kanan diperuntukkan sebagai musholla, dan tampaknya juga sebagai tempat tinggal kuncen.

On the left is the cupola where the Tomb of Pangeran Sanghyang is located, which also contains several other tombs. Meanwhile, the green painted building on the right was designated as a prayer room, and it also appeared to be a residence for tomb's keeper.



Makam Pangeran Tanzul Arifin ini unik karena tepat di depan nisan kuburnya terdapat pokok pohon kayu mati. Pangeran Tanzul Arifin adalah putera Pangeran Sageri, atau cucu Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672), sehingga masih keturunan Syarif Hidayatullah.

The tomb of Prince Tanzul Arifin is unique because right in front of his grave is a dead tree trunk. Prince Tanzul Arifin was the son of Prince Sageri, or the grandson of Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672), so he's still a descendant of Syarif Hidayatullah.



Situs jakarta.go.id menyebutkan bahwa Pangeran Sanghyang (Raden Syarif bin Pangeran Senopati Ngalaga) adalah tokoh Islam keturunan Bangsawan Banten. Ia berjuang melawan Belanda bersama Pangeran Tubagus Badaruddin dan tokoh lain.

The jakarta.go.id website stated that Pangeran Sanghyang (Raden Syarif bin Pangeran Senopati Ngalaga) was an Islamic figure of Banten nobility. He fought against the Dutch with Prince Tubagus Badaruddin and other figures.



©2021 Ikuti