Foto Makam Pangeran Jayakarta

Pemandangan pada cungkup dimana terdapat Makam Pangeran Jayakarta di Jatinegara Kaum, Jakarta Timur. Lokasi cungkup Makam Pangeran Jayakarta terletak beberapa meter dari jalan, di bawah sebuah pohon beringin raksasa yang sangat rindang berumur ratusan tahun. Di sana tersedia tempat parkir untuk kendaraan roda dua, di halaman masjid, namun mobil harus parkir di pinggiran jalan.

A view on the cupola where Prince Jayakarta Tomb is located in Jatinegara Kaum, East Jakarta. The location of the Prince Jayakarta grave cupola is located a few meters from the road, under a giant banyan tree that's very shady hundreds of years old. There's a parking lot for two-wheeled vehicles in the courtyard of the mosque, but cars must be parked on the side of the road.



Area dimana cungkup Makam Pangeran Jayakarta berada dinaungi sebuah pohon beringin yang ukurannya sungguh luar biasa besar. Buat saya, pemandangan seperti ini amat menakjubkan, ialah bahwa pohon sebesar dan setua itu masih bisa bertahan hidup dalam lingkungan perkotaan yang keras dan tak ramah seperti Jakarta bagi pohon berukuran seukuran rakasasa.

The area of the Prince Jayakarta's grave cupola was shaded by a banyan tree which size was truly enormous. To me, a scene like this was simply amazing, a tree that big and old could still survive in a harsh and inhospitable urban environment like Jakarta for a tree the size of a monster.



Saat itu ada seorang peziarah pria yang tengah khusuk berdoa seorang diri tepat di depan Makam Pangeran Jayakarta yang sedang sepi pengunjung. Kubur adalah tempat mengadu segala permasalahan hidup yang menghimpit, yang tak leluasa bisa dibagi dengan orang lain, dengan teman dekat sekalipun.

At that time there was a pilgrim who was solemnly praying alone right in front of the Prince Jayakarta Tomb which was empty of visitors. Grave is a place to complain about life's pressing problems, which cannot be freely shared with other people, even with close friends.



Makam Pangeran Jayakarta dengan nisan yang diapit oleh dua buah guci berbeda dengan bentuk dan warna yang indah. Bagian tengah makam penuhi bunga yang ditabur para peziarah. Ada pula batang rokok yang diletakkan di makam, satu diantaranya telah disulut.

The Prince Jayakarta tomb with a headstone flanked by two different jars in beautiful shapes and colors. The center of the tomb was filled with flowers sown by pilgrims. There were also cigarette sticks placed in the tomb, one of which had been ignited.



Sebuah tengara yang dipasang di gerbang masuk berbunyi "Komplek Makam Pangeran Jayakarta (Achmad Jaketra), dibangin tahun 1640 M di Jatinegara Kaum. Makam Para Pahlawan yang melawan penjajah Belanda".

A landmark installed at the entrance gate reads "The Prince Jayakarta (Achmad Jaketra) Tomb Complex, built in 1640 AD in Jatinegara Kaum. Tombs of the Heroes who fought the Dutch colonialists".



Nisan pada kepala Makam Pangeran Jayakarta dengan torehan garis dan sebuah tulisan "Pangeran Achmad Djakerta" menggunakan ejaan lama. Relief pada kedua guci, terutama yang ada di sebelah kanan terlihat cantik.

The headstone on the head of the Prince Jayakarta Tomb with a line incised and an inscription of "Pangeran Achmad Djakerta" using the old spelling. The reliefs on the two jars, especially the one on the right, looked beautiful.



Tafakur sambil bersila di depan Makam Pangeran Jayakarta. Orang berziarah lazimnya untuk mendoakan yang mati, namun banyak juga orang datang karena memiliki keinginan yang hendak digapai. Bagi sebagian orang ziarah dianggap sebagai sarana atau jalan spiritual untuk membantu dalam mencapai tujuan.

Meditate while sitting cross-legged in front of the Prince Jayakarta Tomb. People usually go on pilgrimage to pray for the dead, but many people also come because they have a wish they want to achieve. For some people pilgrimage are seen as a spiritual means or path to help achieve goals or wishes.



Semoga pohon besar yang sangat rindang dan langka ditemukan di Jakarta ini bisa bertahan lebih lama agar tetap memberi keteduhan bagi peziarah yang datang.

Hopefully the big banyan tree, which was very shady and rare to find in Jakarta, could last longer to provide shade for the visiting pilgrims.



Masjid As-Salafiyah yang telah berumur 389 tahun, yang juga dikenal sebagai Masjid Pangeran Jayakarta, yang terletak di samping makam.

The 389 year old As-Salafiyah Mosque, also known as the Pangeran Jayakarta Mosque, is located next to the tomb.



Bedug masjid yang khas di kompleks Makam Pangeran Jayakarta, yang dipukul lima kali sehari untuk menandai dimulainya waktu shalat. Jenis bedug yang sama, biasanya dalam ukuran yang lebih kecil juga bisa ditemukan di beberapa kelenteng yang pernah saya kunjungi.

A typical mosque drum in the Prince Jayakarta Tomb complex, which was beaten five times a day to mark the start of prayer times. The same type of drum, usually in smaller sizes, were also be found in several temples I have visited.



©2021 Ikuti