Foto Leo Kristi Wapres



Seorang wanita dari sebuah media yang saya lupa namanya tengah mewawancarai musisi Leo Kristi di salah satu meja di Warung Apresiasi Bulungan, beberapa saat sebelum acara pada 17 Februari itu dimulai. Duduk di sebelah Leo adalah Heny, teman dekat wanitanya saat itu. Agak di belakang adalah Ari Nurtanio, seorang LKers yang tinggal di Bandung.



Suasana di lajur tengah Warung Apresiasi Bulungan yang menghadap langsung ke arah panggung sempat terekam oleh kamera. Pemisah dengan jalan waktu itu menggunakan kain hitam yang dikaitkan ke blandar atap. Meja dan kursi kayu meski kecil namun lumayan kokoh dan cukup sebagai tempat untuk meletakkan makan minum pengunjung.



Paling kiri pada foto di atas adalah Asep Rezza Suhendra, dan di sebelahnya adalah Leo Kristi. Sebelahnya lagi adalah BA, dan Gamawan Waloejo.



LKers lainnya yang naik panggung adalah Sena Warman Reksalegora, Aries Ducat, Thanty Soemasno, Ayu Kharie, dan Linda Haslinda Totot.



Pemandangan pada pojok Wapres dengan bagian tengah terbuka. Kain hitam di atas adalah untuk menahan tampias air saat hujan yang memang sempat turun, namun tak lama kemudian berhenti.



Kurnia Effendi (Kef) tengah membuka acara. Dekor panggung memberi kesan yang kuat dengan lampu sorot ikut membantu suasana.



Ari Nurtanio, LKers yang tinggal di Bandung, tampak tengah membacakan cerita pendek. Dalam sejumlah kesempatan ririungan, LKers tidak hanya menampilkan musik KRLK namun juga pembacaan puisi, cerita, dan penampilan lainnya.



Beberapa orang LKers tampak pada foto. Paling kiri belakang adalah Totot Susanto, di depannya adalah Tatan Daniel, dan berkacamata adalah Ramdan Malik yang duduk bersama isterinya. Ramdan adalah adik kandung ekonom Faisal Basri.




Suasana di sudut lain Wapres. Paling kiri bawah yang tengah mengepulkan asap rokoknya adalah Henry Ismono, LKers yang belakangan terkenal sebagai kolektor buku komik Indonesia.



Saya sempat berbincang dengan pria bersemangat yang tampak pada foto di kanan bawah, namun lupa namanya.



Sena Warman Reksalegora tengah membawakan sebuah lagu dari Simon & Garfunkel yang juga menjadi favorit Leo Kristi. Selain menggemari musik KRLK, banyak LKers juga penggemar musik lain, baik lokal maupun dunia.




Sebelah kiri adalah Kef (Kurnia Effendi). Berkacamata dan berkumis di sebelah kanannya adalah Gamawan Waloejo, LKers yang tinggal di Bandung. Gam biasa memegang gitar di LKers, dan sebagai pemain bass di komunitas penggemar Koes Plus dan Beatles.




Grup musik asuhan Aryo LKers, Budi Ketjil and Dayo Pangestu Adji tampak tengah membawakan musikalisasi puisi pada bagian awal acara. Penampilan yang memikat dengan bloking panggung yang baik.




Rezza dan Ayu Kharie yang tampil berdua membawakan lagu KRLK (Konser Musik Leo Kristi) berjudul Bintang Pelangi, disusul dengan Tembang Dia Hati, dan Rumput Raya Kemesraan.




Duduk paling kiri kalau tak salah adalah Punto Kumoro yang dulu pernah menjadi semacam EO bagi konser-konser KRLK. Punto juga hadir di beberapa acara LKers lainnya.




Gaya dan ekspresi Rezza saat memetik gitar.




Salah satu gestur Ayu Kharie saat menyanyi.




LKers dengan ekspresinya. Foto-foto pada tulisan ini hampir semuanya diambil oleh Henry Wijaya, seorang LKers dan fotografer handal dan pernah juga main sinetron. Hanya saja semua foto ditampilkan dengan kualitas sekitar 30% dari aslinya supaya lebih cepat dibuka.




Paling kiri adalah Yoosca, adik penyanyi eksentrik Renny Jayusman. Di sebelahnya adalah Thanty Soemasno, salah seorang penyanyi LKers.




Gaya Ayu Kharie saat bernyanyi. Suaranya cocok untuk bernyanyi solo dengan pencapaian oktav yang tinggi.




Rezza, BA, dan Gam, tampil saat membawakan lagu Serenada Pagi 1971, salah satu tembang KRLK yang romantis namun ditutup dengan gairah semangat yang meluap tinggi.




Ekspresi Gamawan saat memetik gitar. Ia biasa bermain kalem dan menjaga ritme.




Saat Rezza memetik gitar dan bernyanyi.




BA dan Gam.




Rezza, BA, dan Gam. Lagu lain yang dibawakan adalah Solus Aegroti Suprema Lexest (SASL) dan Sinagogue-Sinagogue. Yang disebut terakhir tampaknya tak pernah dibawakan saat Leo konser.




Sena, memegang rebana, kemudian bergabung naik ke panggung.




Masih Rezza, BA, Gam dan Sena.




Ekspresi Rezza, BA, dan Gam yang memegang bass.




Leo dan Naniel. Lama mereka tidak manggung bersama, dan ini menjadi semacam kejutan. Meski setelah itu pun Naniel tak pernah lagi diajak Leo untuk bermain bersamanya lagi, yang tampaknya karena ada masalah pribadi diantara mereka.




Leo dengan fisiknya tampak masih sangat atletis di usianya yang telah menginjak 58 tahun waktu itu, dan Naniel melipat tangan saat Leo "berpidato".




Meskipun bersemangat namun Leo bukanlah seorang orator, dan apa yang dikatakannya kadang mengawang di langit, membuat Tejo (Sujiwo Tejo) berteriak dari kursi penonton agar ngomongin wedokan (perempuan) saja. Seniman sering tak bisa lepas dari urusan yang satu itu.




Gaya Leo saat "berpidato" dan tatap mata Naniel.




Ini sepertinya eskpresi saat Leo dan Naniel saat Tejo berteriak memotong pidato Leo. Tejo adalah penggemar berat Leo dan hampir selalu datang saat Leo konser.




Heny dan Leo memegang bendera putih dengan belah ketupat warna merah di tengahnya. Sebuah simbol tentang kesucian di luar dan keberanian yang ada di dalamnya. Sementara Naniel tampak ikut ternsenyum menyaksikannya.




Gestur Leo saat menyanyi dan bermain gitar, dengan satu kaki diangkat dan diletakkan di atas tong, ciri khasnya. Sebelum mengangkat kaki, sering ia mengatakan "permisi" sambil tersenyum.




Gayatri yang dipanggil Leo naik panggung untuk bernyanyi bersama. Ia pernah menjadi vokalis KRLK, dan pernah pula diajak Sujiwo Tejo untuk bernyanyi dalam salah satu lagu yang dibuatnya.




Senyum Leo saat memandang Gayatri dan Naniel yang kagok meniup sulingnya.




Lama tak bernyanyi bersama membuat mereka tak begitu mulus dalam membawakan lagu, yang tak menjadi masalah bagi penonton yang sudah senang dengan tampilnya mereka.




Selaian kepiawaian dalam bermain gitar, suara Leo memang dahsyat dan masih memukau.




LKers pun ikut menyanyikan lagu yang dibawakan Leo.




Gestur Leo, dengan kostum panggung yang ringkas dan masih "normal".




Penampilan Leo, sementara Gayatri, Naniel memandanginya.




Gayatri dan Naniel Khusnul Yakin yang asik meniup suling.




Ekspresi Gayatri dan Naniel lainnya. Setelah keluar dari KRLK, Naniel pernah bergabung di grup Kantata Takwa dan Swami. Ia menciptakan lagu Bento yang legendaris itu.




Leo dengan wajah cerahnya saat bernyanyi dan memetik gitar.




Menatap Gayatri.




Menatap Leo.




Naniel ikut bernyanyi.




Tatap dan senyum Gayatri.




Posisi kaki di atas kursi, menggantikan tong yang biasa ia pakai, membuat Leo bisa menatap jemari dengan mudah saat bermain, atau hanya kebiasaan karena enggan memakai tali gitar.




Leo dan Gayatri melaras lagu.




Gayatri dan Naniel pada suling. Beberapa kali Naniel hadir dalam acara ririungan LKers memainkan sulingnya.




Meskipun tak dipersiapkan, namun penampilan Leo, Gaytari, dan Naniel cukup diapresiasi.




Wajah serius Leo.




Ekspresi wajah yang kadang mengeras saat memetik gitar.




Melunak dan senyum saat menyanyi.




Penampilan kolanborasi LK - LKers: Rezza, Leo, BA, dan Gamawan.




Penampilan bersama: Rezza, Leo, Ayu, Thanty, Linda, BA (tertutupi Linda), Gamawan, dan Sena (tak terlihat pada foto) yang dimulai dengan lagu legendaris Kereta Laju.




Formasi lengkap.




Masih dalam formasi pemain yang sama.




Rezza dan Leo yang saling mengisi melodi dan rythm, dilengkapi dengan petikan gitar Gam.




Leo dan Ayu Kharie.




Ayu, Thanty, BA dan Linda. Kitan lirik lagu KRLK tampak diletakkan di book stand.




Linda dan Gamawan. Sementara Sena tertutup di belakang memegang rebana.




Rezza dan Leo.




Leo, Ayu dan Thanty.




Lagu lain yang dimainkan adalah Gulagulugu, Lenggang-lenggung Badai Lautku.




Leo mengatakan sesuatu pada BA, sepertinya agar suara bass bisa lebih terdengar. Sayur Asam Kacang Panjang serta Salam dari Desa adalah lagu lainnya yang mereka bawakan.




Leo yang terus bersemangat sepanjang penampilan patut diapresiasi.




Leo - LKers.




Ayu, Thanty, BA, Linda.




Leo dan ekspresinya.




Leo dan Ayu




Salah satu momen memperlihatkan eskpresi Rezza dan Leo saat bermain bersama.




Rezza, Lao, Ayu




Masih Rezza dan LK (Leo Kristi)




Jepretan lainnya.




Gamawan yang kalem, dengan seperangkat angklung di sebelah kanannya. Tak banyak lagu KRLK yang menggunakan alat musik tradisional ini.




LK, Ayu, Thanty, dan Linda Totot.




Rezza dan LK. Dalam bermain gitar, LK dan Rezza sering menggunakan capo untuk memudahkan permainan.




Lensa yang terbatas membuat tidak semua pemain bisa ditangkap kamera. Gam tak terlihat pada foto ini.




Kef saat bercerita mengenai perjalanan komunitas LKers dan Leo Kristi.




Rezza, LK, Ayu, Thanty, Aries Ducat, Thanty dan Sena. Aries biasa main harmonika, kadang juga menabuh gitar.




Aries tampak terlihat tengah meniup harmonika ketika memainkan sebuah lagu KRLK.




Menghayati.




Semua mata memandang.




Rezza, LK, dan Ayu.




Jika Gam terlihat pada foto, maka Rezza tak kelihatan.




Momen bersama lainnnya.




Tatap senyum lembut.




Leo tampak menikmati penampilannya, meski bermain bukan dengan grup yang ia biasa tampil.




Sesekali Leo menengok untuk memberi kode jika ada hal yang tak begitu pas, atau hanya sekadar selingan pandang.




LK, Ayu dan BA.




Rezza, dan LK.




Momen bersama lainnya.




Cukup banyak juga lagu KRLK yang mereka mainkan saat itu. Sepertinya para penonton setia berada di tempat sampai pertunjukan selesai.




Momen lainnya.




Masih asik bernyanyi bersama.




LK dan Ayu.




Jika kadang Leo tak bernyanyi, LKers pun mengisi suaranya, meski tak sedahsyat suara aslinya.




LK dan Ayu dengan senyumnya, dan BA yang tanpa ekspresi.




Momen duet maut gitar Rezza - LK.




Masih terus berlanjut.




LK, Ayu, dan Gam yang bergeser ke tengah.




Grup LKers relatif baru terbentuk, sekitar 3-4 bulan, setelah terhubung karena melihat Konser Kebangsaan pada Agustus 2007 dimana Leo tampil bernyanyi.




Rezza, Leo, Ayu yang tengah menghayati lagu.




LK seperti tengah mengiringi penggemarnya membawakan lagu2 yang diciptakannya.




Momen lainnya.




Leo, Ayu, BA.




Rezza dan LK.




Masih bersemangat.




Aries kembali meniup harmonikanya.




Leo yang tetap bersemangat.




Belum lelah juga.




Stamina yang prima.




Momen bersama lainnya.




Gam memainkan angklung di ujung panggung.




Terus berlanjut.




Masih dengan angklung dan Sena memegang rebana.




Rezza dan LK.




Aries yang asik dengan harmonikanya.




Penampilan terus berlanjut.




Gestur lainnya.




Rezza mengintip jemari LK yang tengah memetik gitarnya.




Kembali berduet pada gitar, juga yang Gam mengisi rythm dan kadang melodi.




Foto samping dari belakang penonton.




Totot Susanto, LKers dan suami Linda, tengah menikmati tontonan dan ikut pula bernynanyi.




Gunawan Sunindyo dan Totot di ujung sana.




Ari Nurtanio.




Ramdan Malik.




Kembali melihat panggung.




Masih dari sisi panggung.




Panggung yang penuh. Bukan panggung yang kekecilan, namun orangnya yang kebanyakan.




Bertopi merah paling kiri adalah Albert Go. Di samping Yoosca adalah Ira, isteri Rezza.




Dari arah belakang panggung ketika penampilan bersama hampir usai.




Ketika LKers turun panggung, Leo masih menyanyikan bebarapa lagu, diantaranya Silmon Blues.




Menghentak.




Terpesona menonton.




Pengunjung yang setia.




Belum juga beranjak dari tempat duduk.




Wiwit (isteri Gamawan), dan Lies (kakanya Thanty).




Lies dan Thanty.




Isteri Albert Go.




Henry dan Tatan Daniel.




Isteri Ramdan Malik.




Aries, dan Totot di belakangnya.




Berkacamata adalah Faisal Basri.




Amir Daulay (Alm) dan Albert Go.




Amir, Gam, dan Albert.




Pasangan LKers yang saya lupa namanya.




Kef dan Budhi.




Berkaos hitam di tengah adalah Faisal Basri




Saat itu bukan musim kampanye, jadi dua jari ya tak bermakna nomor urut calon dalam pemilu atau pilkada. Hanya ekspresi kesenangan dan kemenangan teman LKers.

©2021 Ikuti