Foto Gereja Sion

Tengara papan nama, taman, dan tampak muka bangunan cagar budaya ini. Setelah Olyve bertemu dengan penjaga kami pun masuk melewati pintu kayu lengkung diapit pilar dan ornamen bergaya Romawi dengan tulisan "Sion" dan angka 317, serta lambang salib. Angka 317 menunjukkan bahwa Gereja Sion telah berumur 317 tahun saat kami berkunjung awal Februari lalu.



Pilar penyangga atap Gereja Sion terlihat besar dan kokoh. Pandangan dari bawah balkon memperlihatkan kanopi mimbar dengan tiang ulir bermahkota. Mimbar antik bergaya Barok ini terbuat dari kayu hitam (Ebony), meski sudah terlihat kusam namun merupakan perabot asli Gereja Sion pemberian H. Bruijn. Empat jendela kaca besar masing-masing di kiri kanan ruangan, serta dua jendela lagi masing-masing di bagian depan dan belakang, memberi pencahayaan yang cukup baik.



Ruang utama Gereja Sion Jakarta dilihat dari area di depan mimbar. Di ujung ruangan ada pintu yang di atasnya terdapat balkon dimana terdapat organ pipa (orgel). Empat lampu gantung besar antik dari tembaga menggantung diantara pilar di gereja yang dulu namanya "De Nieuwe Portugeesche Buitenkerk" atau Gereja Luar Portugis Yang Baru.



Orgel di balkon Gereja Sion Jakarta pemberian putri pendeta John Maurits Moor, dengan tulisan "Bekker - Lefebre, Weltevreben". Organ Pipa memiliki pipa-pipa besar untuk menghasilkan bunyi.



Empat dari enam pilar penyangga atap tinggi bangunan Gereja Sion terlihat besar dan kokoh di tengah deretan kursi kebaktian. Dua pilar lainnya berada di kanan kiri tempat saya berdiri.



Mimbar antik bergaya Barok ini terbuat dari kayu hitam (Ebony). Balkon mimbarnya terlihat berjarak sangat dekat dengan langit-langit. Mimbar yang mestinya cantik namun sudah terlihat kusam ini merupakan perabot asli Gereja Sion pemberian H. Bruijn.



Lukisan kaca patri “The Last Supper”. Replika lukisan karya Leonardo da Vinci ini bisa dijumpai di atas pintu yang menghubungkan ruang utama Gereja Sion dengan ruangan bagian belakang, melewati mimbar.



Sebuah meja panjang antik yang kursinya hanya tersisa tujuh saya jumpai di ruangan belakang Gereja Sion. Rantai merah yang melilit kursi menandakan bahwa meja kursi yang biasa digunakan rapat gereja ini mungkin sudah di’museum’kan. Di belakang kiri meja ini, merapat pada dinding, adalah bangku asli Gereja Sion yang masih tersisa.



Ruang utama Gereja Sion dilihat dari belakang mimbar. Nama Sion gereja berasal dari kata Zion, yang umumnya diartikan sebagai "kesucian dalam hati". Zion sering digunakan untuk merujuk pada orang-orang Tuhan atau Gereja dan mereka yang memiliki kepentingan dengannya.



Foto yang memperlihatkan posisi lukisan kaca patri yang ada di atas pintu lipat dengan kaca tekstur warna biru. Perjamuan Terakhir adalah merupakan acara makan malam terakhir Yesus bersama duabelas rasul sebelum hari kematiannya.



Semacam bilik terbuka dengan dua buah kursi berada di sisi kiri kanan depan ruangan. Di belakangnya terdapat pemisah terbuat dari kayu dengan ornamen bunga dan daun, serta sepasang burung. Di bawah ornamen pada foto ada tulisan "Diaienen".



Tulisan pada bilik ini berbunyi "Predi an en en ouderlingen". Yang ini sepertinya dimaksudkan buat pendeta dan orang tua. Jika bulatan oval di tengah ornamen kayu pada foto di atas sudah hilang, maka pada kayu pemisah satunya lagi ornamennya masih utuh, berbentuk seperti batu akik yang besar.



Di samping dan diantara jendela-jendela besar pada dinding Gereja Sion terdapat tengara dinding berbentuk kotak berisi tulisan-tulisan dalam bahasa Belanda. Namun karena pencahayaan yang kurang baik, dan saya tidak mengeluarkan lensa tele, maka tulisan pada papan tengara itu tidak bisa terbaca.



Dua dari enam pilar penyangga atap tinggi bangunan Gereja Sion terlihat besar dan kokoh di dekat mimbar gereja. Pemandangan ruang utama Gereja Sion ini dilihat dari bawah balkon, memperlihatkan kanopi mimbar yang memiliki tiang ulir dan bagian atasnya menyerupai mahkota. Mimbar antik bergaya Barok ini terbuat dari kayu hitam (Ebony).



Sebuah relief tengara berwarna keemasan saya temui pada dinding sebelah kiri di bawah balkon. Meskipun tulisannya masih bisa dibaca, namun karena ruang antar hurufnya tidak jelas, maka bagi saya yang tidak faham bahasa Belanda sulit untuk menuliskannya dengan benar. Beruntung saya menemukan tulisan skripsi Prita Nur Aini Sandjojo dari Fakultas Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia.

Tulisan di sebelah kiri berbunyi “Hier Rvst Ontslapen Inden Heer Op Acht Ienden Mey 1653 Den EDL: Heer Carel Reniersen Insyn Leveen Goveernevr Generael Van Indea”, yang diterjemahkan Prita “Di sini beristirahat di sisi Tuhan pada tanggal 18 Mei 1653 Yang Mulia Tuan Carel Reniersen Semasa hidupnya Gubernur Jenderal Hindia”

Sedangkan tulisan yang di sebelah kanan berbunyi “Hier Leyt Begraven D:Eerbaere Joff Judith Barra Van Amstel Dam Huysvrouw Van Dee Heer Carel Reniers Raadt Van Indien Sterf Intjaarons Heeren Jesu Christi MDC XlVI Den XXI Julii MDC XLVI Den XXI Julii Oudt Xxv Jaaren X Maenden” yang diterjemahkan Prita “Di sini berbaring dimakamkan Nyonya Judith Barra van Amstel Dam Istri dari Tuan Carel Reniers Anggota Dewan Hindia yang telah meninggal dalam tahun Masehi pada tanggal 21 Juli 1656 pada usia 25 tahun 10 bulan.



Hiasan diantara jendela besar yang berisi lambang dan tulisan yang sulit untuk dibaca. Jika melihat dari ujudnya memang terlihat sudah sangat tua.



Posisi duduk pemain piano dibuat bisa melihat ke arah mimbar dengan jelas, sehingga bisa menyesuaikan dengan acara yang tengah berlangsung di sana. Organ Pipa (Orgel) adalah organ akustik yang memiliki pipa-pipa besar untuk menghasilkan bunyi.



Orgel pada balkon Gereja Sion dilihat dari samping, memperlihatkan dimensi balkon, ornamen motif bunga daun berwarna keemasan di depan orgel, dan tangga kayu menuju ke balkon. Jam digital berwarna merah di bawah balkon menunjukkan angka 09:02:13. Foto ini juga menunjukkan pilar yang menyangga dan menjadi dudukan tiang kayu.



Masih di atas balkon terdapat terdapat sebuah roda dengan ban karet melingkari roda kecilnya, namun saya lupa menanyakan kepasa Alex apa fungsi roda ini.



Pemandangan ruang utama dari atas balkon ke arah kanopi mimbar, yang tak sanggup memperlihatkan keenam pilar besarnya. Perbedaan dengan arsitektur Jawa adalah tiang kayunya yang panjang dan umpak beton atau batunya pendek. Jika saja kayu besar yang dibuat menjadi soko guru, maka itu akan lebih mengesankan. Sayangnya pohon besar semakin langka.



Tangga pada balkon yang menuju ke ruang paling atas yang tidak saya kunjungi, mungkin karena gelap, mungkin juga karena tidak begitu yakin dengan kondisi tangga yang sebenarnya masih terlihat cukup baik itu.



Pintu kayu lengkung tua yang terlihat sudah rompal di bagian bawahnya dengan palang pintu kayu dan grendel atas sebagai penutupnya. Pintu ini kiri kanannya sudah tidak simetris lagi, yang akan mengganggu mata pengurus jika saja mereka jeli dan peduli pada kesempurnaan simetri.



Di luar pintu Gereja Sion saya baru melihat adanya beberapa buah prasasti kubur terbuat dari logam berukir megah seperti ini. Entah mengapa tengara yang ini telah retak cukup besar pada bagian atasnya. Tulisan adalah "Hier leyt Begraven deneer Bare Juffrouw Rageltitise in Haarleven gewesen Huys vrouw van titisan thonise Obyt den 3 October anno 1701 out seynde. Jaren Drie Maanden enthien dagen mitsgaders. Deszelfs overleden man titusan thonys zynleven vryinlants Koopman alhier obiit 21 October A 1720."



Prasasti kubur megah milik Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon yang meninggal 1728. Tulisannya berbunyi "Hier Onder Rust De Weledele Heer Henric Zwaadecroon oud Gouverneur Generaal Van Nederlands India Gebooren tot Rotterdam den 26 Ianuary 1667 Enoverleden tot Batavia den 12 Sugusstus A 1728."



Prasasti kubur yang tulisannya telah hilang sama sekali, rata dengan lempeng besinya, menyisakan sebaris tulisan dan ornamen yang sangat samar.



Prasasti kubur yang hanya menyisakan lambang pada bagian atasnya berupa burung dengan kedua sayap sedikit terpentang, dedaunan, dan sebuah logo lengkung dengan dua baris kotak selang-seling.



Jalan menuju pintu masuk Gereja Sion diapit taman di kanan kirinya. Di atas pintu terdapat tulisan "SION" dan di atasnya lagi ada angka tahun yang menyatakan umur gereja. Lambang Salib menempel pada jendela di atasnya lagi.



Bagian pojok Gereja Sion dengan halaman di sisi Utara yang menghadap ke arah Jalan Mangga Dua Raya. Halaman ini menjadi tempat parkir jemaat dan tamu yang datang berkunjung. Di sebelah kiri terdapat sebuah rumahan dengan lonceng di dalamnya.



Lonceng Gereja Sion dengan tali penggeraknya. Ada sebuah tali yang masuk ke dalam gedung lewat jendela, yang mungkin bisa digunakan untuk membunyikan lonceng tanpa harus keluar dari dalam ruangan.



©2021 Ikuti