Foto Candra Naya

Bangunan utama gedung Candra Naya Jakarta yang terlihat cantik dengan atap lengkung pelana yang menjadi ciri khas bangunan Tionghoa, ditopang struktur rangka atap yang disebut Tou-Kung. Tidak ada patung naga, namun ada dua patung ayam yang bertengger di kedua ujung bawah atap. Ada pula ornamen burung Hong, daun, bunga pada krepus.



Di teras depan ada papan nama bertuliskan Candra Naya. Pintu dan kusen dicat hijau dengan ornamen keemasan. Lampion dan aksesori khas Tionghoa lainnya bergelantungan di langit teras. Di atas kusen pintu terdapat ornamen keemasan berupa ukiran rusa dan angsa. Warna keemasan adalah lambang kekayaan dan kemakmuran.



Ruang depan yang dulu tempat menerima tamu, dengan foto Khouw Kim An semasa berpangkat kapten dan setelah menjadi mayor di kiri kanan tembok (tak terlihat pada foto).



Ornamen sepasang singa berwarna keemasan di langit-langit bagian dalam Gedung Candra Naya Jakarta. Ragam hias lainnya pada struktur kayu adalah suluran, bunga, buku, kecapi, papan catur dan gulungan lukisan yang menjadi perlambang bahwa pemilik rumah adalah seorang cendekiawan kaya.



Warna merah, hijau, dan keemasan mendominasi warna kayu dan ragam hias di rumah Candra Naya atau rumah Mayor ini. Pada kusen di sebelah atas ada ornamen berbentuk ukiran kayu segi delapan yang di dalamnya berisi ukiran binatang seperti rusa dan binatang lainnya.



Sebuah lukisan yang di apit oleh dua tulisan dengan aksara Tionghoa, memperlihatkan seorang dewasa yang parasnya menyerupai seorang wanita dengan bibir merah, namun berjenggot tebal, dan memegang tongkat berkepala naga. Di depannya ada sepasayang balita laki dan perempuan tengah bermain, dan ada pula seekor kijang. Sepotong awan melayang di atas dengan dua pasang burung terbang.



Poster yang menempel pada dinding depan rumah Candra Naya, yang menceritakan kisah kehidupan Mayor Khouw Kim An, disertai fotonya saat masih kapten dan ketika telah menjadi mayor, dan foto-foto Candra Naya pada jaman dahulu. Ia berjaya pada jaman Belanda, namun menderita dan meninggal dalam kamp konsentrasi Jepang.



Poster yang ditulis dalam dua bahasa, berisi riwayat bangunan Candra Naya (Asosiasi Xinming). Gedung ini telah mengalami pergantian kepemilikan beberapa kali, dan digunakan untuk bermacam kegiatan sosial kemasyarakat yang salah satunya melahirkan perguruan tinggi dan rumah sakit yang hingga kini masih ada.



Lukisan foto Khouw Kim An setelah ia naik pangkat menjadi mayor pada 1910. Pangkat yang cukup jarang diberikan oleh pemerintan kolonial kepada orang Tionghoa dan orang pribumi. Karena itulah Candra Naya dulu disebut sebagai Rumah Mayor.



Khouw Kim An saat masih berpangkat kapten pada 1908, setelah tiga tahun sebelumnya ia diberi pangkat letnan oleh Belanda. Pemberian kepangkatan kepada seseorang oleh pemerintah Belanda tentu dilihat dari sumbangan orang tersebut bagi pemerintah kolonial, baik berupa uang atau pengaruh immaterial lainnya. Perhatikan bahwa lencananya tidak berbeda dengan lencana pada foto sebelumnya.



Struktur kayu langit-langit dan ragam hias bagian dalam Candra Naya berupa buku, kecapi, papan catur dan gulungan lukisan yang menjadi perlambang bahwa pemilik rumah adalah seorang cendekiawan kaya. Tidak ada benda menarik yang disimpan di dalam ruangan ini. Hanya terlihat banyak dudukan kayu dimana nantinya diletakkan keramik-keramik Cina yang akan dipamerkan. Selain sebagai tempat pameran, di ruang ini juga kadang diselenggarakan pertunjukan Wayang Potehi.



Foto yang memperlihatkan ornamen pada tembok samping atas bangunan utama Candra Naya, ornamen pada dinding krepus, dan patung ayam dengan ekor hijau bulu kuning dan jengger merah dengan lukisan di permukaan tembok lengkung bawahnya. Pada krepus atap penghubung bangunan utama dengan bangunan sayap juga ada ragam hias dan relief burung Hong.



Candra Naya yang terjepit. Jika bukan dibangun pada tahun kelinci 1867 oleh Khouw Tjeng Tjoan, maka Candra Naya dibangun Khouw Tian Sek pada tahun kelinci 1807 untuk menyambut kelahiran puteranya pada 1808. Perkiraan dibangunnya Candra Naya pada tahun kelinci itu berasal dari lukisan dengan tulisan memakai karakter Han yang berarti "Pada musim gugur di tahun kelinci".



Seorang tukang tampak tengah melakukan pekerjaan akhir pada bangunan sayap kanan Candra Naya yang digunakan sebagai kedai kopi bernama Kopi Oey bergaya oriental dengan gantungan lampu lampion di sepanjang tepiannya. Pintu masuknya ada di kiri kanan bangunan.



Pemandangan pada bangunan Kopi Oey yang memanjang ke belakang. Bisa dipahami jika pernah ada usaha untuk "membuang" bangunan ini ke TMII karena bisa dilihat berapa banyak ruang yang "terbuang" dengan dipertahankannya bangunan tua ini, yang jika dibangun pertokoan di ruang ini tentu bisa mendatangkan uang yang tak kecil bagi pemiliknya.



Sudut pandang pada teras muka yang memperlihatkan ornamen, struktur pilar kayu dan balok gording kayu berbentuk bulat memanjang yang menopang atap. Di bawah dua aksara Cina keemasan pada pintu yang terbuka, terdapat pengetuk pintu besi bulat dengan ornamen penolak bala berbentuk segi delapan yang disebut Pa Kua, melambangkan empat penjuru angin dan empat penjuru angin tambahannya. Pa Kua dipercayai mampu mengusir roh jahat dan melindungi penghuninya dari pengaruh buruk.



©2021 Ikuti