Foto Ereveld Menteng Pulo

Sebuah patung bocah bertulang rusuk menonjol dan perut buncit busung lapar tampak berdiri di sisi Ereveld Menteng Pulo Jakarta, dengan tulisan "Een Kind van de oorlog" atau "A child of the war", anak (korban) perang. Tampaknya patung itu sebagai memorial bagi anak-anak yang mati kelaparan di dalam kamp-kamp tentara Jepang.



Tembok rendah berlekuk ini ada di perbatasan Ereveld Menteng Pulo dengan Makam Perang Jakarta. Tulisan di kiri berbunyi “Tanda peringatan bagi korban peperangan yang meninggal di kawasan Asia Tenggara”. Tulisan di bagian tengah “Opdat zij met eere moge rusten” atau "mereka dapat beristirahat dengan kehormatan", dan tulisan di sebelah kanan berbunyi “Ter nagedachtenis aan de oorlogsslachtoffers omgekomen in zui oost-azie” atau "Untuk mengenang para korban perang tewas di Asia Timur".



Membalikkan badan lagi, terlihatlah sebuah lorong tinggi Ereveld Menteng Pulo yang dirambati tumbuhan, tampaknya dimaksudkan sebagai peneduh bagi peziarah di kompleks kubur yang panjang dan lebarnya tak kurang dari 250 m, meskipun hanya sekitar separuhnya yang digunakan sebagai makam, tepatnya sekitar 29.000 m². Sisanya adalah rumah penduduk, dan ada sebuah gereja di dalam kompleks makam bernama Gereja Simultan.



Sebuah tengara berbunyi “Ter nagedachtenis aan hen Wier moed en standvastigheid Zegevierden over de dood” yang berarti “Mengenang mereka yang keberanian dan ketabahan menang atas kematian.”



Tengara di tengah bertuliskan “Opdat zij met eere moge rusten”, yang berarti Bahwa mereka dapat beristirahat dengan kehormatan, dan tengara di sebelah kanan bertuliskan “Ter nagedachtenis aan de oorlogsslachtoffers omgekomen in zui oost-azie” atau Untuk mengenang para korban perang tewas di Asia Timur.



Beberapa teman bergaya untuk dokumentasi. Area kubur di Ereveld Menteng Pulo ini ditata dengan sangat rapi, dan rumputnya terawat cukup baik, meski di sini sana ada yang mulai memerah. Bangunan Gereja Simultan terlihat di sebelah kiri.



Ereveld Menteng Pulo dengan latar belakang crane yang digunakan untuk membuat gedung jangkung. Mereka yang beristirahat di Ereveld Menteng Pulo mungkin bisa beristirahat dengan tenang, lantaran sejauh ini tak perlu takut tergusur oleh mal dan gedung jangkung. Kubur mestinya menjadi tempat peristirahatan terakhir, namun kemestian itu sering tak berlaku.



Melangkah lebih jauh ke ujung lain Ereveld Menteng Pulo terdapat beberapa pohon yang menambah asri dan membantu memberi sedikit keteduhan buat pengunjung. Di sebelah kanan terdapat kompleks kubur Ereveld Menteng Pulo yang dipisahkan dengan kubur lainnya oleh adanya sepasang gapura dan pintu berjeruji besi yang saat itu terbuka lebar.



Di ujung kompleks kubur Ereveld Menteng Pulo di sisi sebelah kanan itu terdapat sebuah Tugu Peringatan Royal Air Force, dengan relief pedang mengarah ke bawah di sisi depan, dan di bagian atasnya ada semacam baling-baling pesawat dengan empat bilah, namun salah satu bilahnya telah patah.



Bersebelahan dengan makam sebelumnya, adalah kubur tentara KNIL pribumi beragama Islam yang tewas oleh para pejuang Republik dan dimakamkan di Ereveld Menteng Pulo. Lalu ada bangunan Gereja Simultan yang berada di bagian tengah kompleks ereveld.



Saya sempat berjalan keluar gerbang depan Ereveld Menteng Pulo dengan area terbuka di depannya berukuran sekitar 12 x 60 m yang bisa digunakan sebagai tempat parkir kendaraan. Rancangan Ereveld Menteng Pulo ini dibuat oleh perwira cadangan Letkol Ir. H. A. of Oerle, komandan Divisi C 7 December.



Deret kubur tentara KNIL pribumi. Sejak jaman Daendels menjadi Gubernur Jenderal, orang-orang pribumi dari berbagai suku dan agama telah mulai banyak direkrut oleh pemerintah kolonial, baik untuk mengisi kebutuhan menghadapi serangan armada kolonial lain, maupun untuk menaklukkan suatu daerah dan memadamkan pemberontakan rakyat di berbagai daerah lain.



Di area ini terdapat makam Spoor. Adalah Simon Hendrik Spoor juga yang melakukan peletakan batu pertama pembangunan Ereveld Menteng Pulo ini pada 8 December 1947. Letjen Spoor adalah komandan tertinggi pasukan KNIL yang memimpin langsung Agresi Militer I ( 21 Juli 1947 s/d 5 Agustus 1947) dan Agresi Militer II (19 Desember 1948) terhadap wilayah Republik.



Di kubur mereka menemukan kedamaian. Kubur yang ada di Ereveld Menteng Pulo ini seluruhnya berjumlah 4.300, yang dipindahkan dari kubur-kubur Belanda di Banjarmasin (tahun 1961), Tarakan (1964), Manado (1965), Palembang (1967), Balikpapan (1967), Makassar (1968) dan Cililitan (1968).



Nama-nama Eropa terlihat pada nisan-nisan kubur yang berbentuk salib ini. Ketinggian, jarak antar nisan dan letak kemiringan barisannya terlihat rapi dan sempurna.



Pandangan dekat pada prasasti untuk mengenang mereka yang telah tewas di berbagai peristiwa dan berbagai derah di wilayah Indonesia.



Tugu Peringatan Royal Air Force, dengan relief pedang dan empat bilah baling-baling pesawat, namun salah satunya telah patah. Entah memang rusak atau disengaja sebagai simbol.



Sudut pandang lainnya pada kompleks Ereveld Menteng Pulo Jakarta. Rerumputan terlihat ada yang mengering yang mestinya tak boleh terjadi jika saja petugasnya telaten merawat dan menyiraminya.



©2021 Ikuti