Foto Waduk Cirata

Bagian belakang struktur beton Waduk Cirata Purwakarta dengan puluhan anak tangga menuju ke dasar lembah, dan latar belakang Power House PLTA Cirata. Dasar lembah ini merupakan daerah aliran Sungai Citarum yang setelah menggerakkan turbin PLTA Cirata, aliran airnya menghidupi berhektar-hektar sawah di daerah Purwakarta.



Waduk Cirata berada di tengah suasana alam yang hening, dengan sesekali terdengar suara kendaraan bermotor yang melintas di jalanan. Di latar belakang terdapat empat menara kontrol di tepi jalur jalan ke Cianjur. Air waduk terbelah ketika dilewati perahu berpenumpang tunggal di latar depan, serta perahu lainnya yang lebih besar di ujung kanan sana.



Suasana alam ketika semburat cahaya kemerahan mulai mewarnai awan yang menggantung di atas air dan perbukitan yang mengelilingi Waduk Cirata. Semakin senja sapuan warna merah pada awan di atas waduk semakin kentara terlihat mata.



Seorang pria terlihat tengah mengayuh geteknya. Pemandangan ini diambil dari atas jembatan yang berada beberapa kilometer setelah meninggalkan tepian Waduk Cirata Purwakarta arah ke Jakarta lewat jalan tol, memperlihatkan bagian belakang Waduk Cirata serta aliran air dan wilayah yang dilewatinya.



Sebuah perahu yang terlihat telah menua mengapung di atas air waduk, sementara di ujung kiri dua orang penjala tengah mengais rizki dari dalam perut waduk. Mereka bergerak dari kiri ke kanan seraya menebar dan menarik jalanya.



Perbukitan yang berada di latar belakang Waduk Cirata memberi pemandangan yang memperkuat suasana, terutama saat senja, dengan latar depan perahu nelayana, pepohonan, serta seorang nelayan yang tengah menebar jala.



Karamba di sekeliling perahu nelayan di saat senja mulai jatuh. Waduk Cirata juga digunakan sebagai tempat untuk budidaya ikan dengan menggunakan puluhan ribu karamba atau petak kolam jaring apung (KJA).



Panorama senja kala yang sangat indah di tepian Waduk Cirata ini bisa dinikmati dari warung-warung yang berada di tepian waduk, di lokasi yang disebut Buangan, yang menjadi tempat dimana pengunjung biasa menyewa perahu nelayan untuk menikmati suasana dari tengah waduk.



Pemandangan pada lokasi yang sama dengan foto sebelumnya, hanya saja langit semakin memerah dan ada seorang penduduk yang tengah bekerja di atas karamba miliknya.



Masih di lokasi yang sama, namun perahu telah bergeser lebih ke kanan terbawa oleh pergerakan air dan memperlihatkan bilah-bilah bambu panjang yang menjadi rakit bagi karamba.



Betah dengan pemandangan yang indah, cukup lama juga kami berada di lokasi ini menunggui senja jatuh sebelum akhirnya beranjak pergi setelah membayar makanan dan minuman di warung tempat kami nongkrong.



Pandangan tegak yang memperlihatkan air terbelah ketika dilewati sebuah perahu dengan penumpang tunggal di latar depan, serta perahu lainnya yang lebih besar di ujung kanan sana. Air Waduk Cirata terlihat sangat tenang karena terlindung perbukitan.



Perahu yang di ujung sana itu tampaknya adalah perahu penumpang yang bisa disewa oleh pengunjung untuk menikmati pemandangan Waduk Cirata dari ujung ke ujung.



Perahu penumpang itu masih terus meluncur di atas permukaan air Waduk Cirata meinggalkan jejak air yang cukup panjang, sementara perahu yang satunya sudah tak terlihat lagi.



Sudut Waduk Cirata yang memperlihatkan jalan menuju Power House, bukit yang dipotong untuk memberi tempat dan jalan bagi Power House, jalan yang melintang di atas bendungan di sebelah kanan, serta jalur jalan ke kiri yang mengarah ke Cianjur.



Bendungan PLTA Cirata memiliki Power House 4 lantai yang di dalam terowongan bawah tanahnya terdapat delapan buah turbin yang pengoperasiannya dikendalikan dari ruang kontrol Switchyard yang berada sekitar 2 km dari mesin-mesin pembangkit listrik di dalam Power House itu.



Ada banyak titik di sepanjang tepian Waduk Cirata yang ditumbuhi pepohonan yang cukup rimbun. Jarak dari jalan aspal yang kami lalui hingga ke tepian waduk cukup bervariasi jauh dekatnya.



Pandangan lebih dekat pada bangunan powerhouse Waduk Cirata yang terlihat kokoh, dengan lereng perbukitan di sebelah kirinya. Sayang saya tak sempat berkunjung ke fasilitas itu karena mungkin memerlkukan ijin khusus untuk bisa ke sana.



Seorang penduduk meluncur dengan rakitnya yang nyaris tak terlihat, meninggalkan jejak air memanjang. Tembok bendungan yang kokoh terlihat di latar belakang, dengan lereng perbukitan hijau di ujung sana. Di atas bendungan itu ada jalan yang cukup lebar dan beraspal.



Warung Abah Buyung yang menawarkan makanan khas Purwakarta yang dikenal dengan nama Sate Maranggi. Sate yang empuk dan sangat lezat ini biasanya menggunakan daging kambing atau sapi, berbumbu kecap dengan perpaduan rasa manis, asam, dan pedas. Ikan bakar yang harum dan kelapa muda yang empuk manis segar juga banyak dijajakan di sana.



Selain Abah Buyung, ada seorang ibu penjaja Sate Maranggi di tepian Waduk Cirata yang menyediakan tikar lesehan di bawah tenda sederhana. Tempat sederhana ini memberi suasana nikmat untuk menyantap Sate Maranggi, sambil melihat pemandangan Waduk Cirata yang tenang dengan panorama perbukitan hijau yang mengelilinginya.



Tengara Bendungan PLT Cirata di sudut jalan di atas bendungan. Bendungan PLTA Cirata, yang menjadi nama resmi Waduk Cirata, lokasinya berada pada ketinggian 220 mdpl dan menggunakan genangan air seluas 6.200 hektar sebagai sumber energi utama guna menggerakkan turbin PLTA Cirata yang mampu menghasilkan sekitar 1.400 juta kwh listrik pertahun.



Puluhan anak tangga berderet rapi di punggung Bendungan Waduk Cirata menuju ke dasar lembah. Meskipun lereng belakang bendungan itu tersusun dari batu-batuan, namun lereng itu terlihat cukup rata dan rapi.



Pemandangan pada lembah yang diapit oleh bendungan Waduk Cirata dan perbukitan cukup tinggi di sebelah kanannya. Lembah itu berkelok dan menurun. Jika saja ada flying fox di tempat ini tentu akan sangat menghibur dan menyenangkan.



Perbukitan di belakang bentang bendungan Cirata yang tampak dipotong dan dikuliti dan belum lagi ditumbuhi pepohonan dan rerumputan, memberi pemandangan yang kontras dengan pegunungan hijau di latar belakang dan sisi kiri bendungan.



Jalan beraspal yang membentang di atas bendungan penahan air Waduk Cirata, menghubungkan kedua sisi waduk. Jika lurus menyeberang jembatan dan lalu belok ke sebelah kanan akan mengarah ke Jakarta lewat jalan tol, dan jika ke kiri akan mengarah ke Cianjur lewat jalan yang sangat rusak (saat itu).



Area yang berada beberapa kilometer di belakang Waduk Cirata, pada aliran sungai yang airnya berasal dari waduk, memberi penghidupan bagi petani dengan mengairi sawah-sawah mereka sehingga menjadi hijau subur, serta menciptakan sarana transportasi getek bagi petani dan pencari ikan.



©2021 Ikuti