Foto Tangkuban Perahu

Ucapan selamat datang dalam tiga bahasa, Sunda - Indonesia - Inggria, dan papan nama Kawah Ratu di Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu, yang dipasang di depan titik pengamatan pertama ke arah Kawah Ratu. Ada lagi papan nama lain di ujung area parkir kendaraan yang berada lebih jauh ke dalam area wisatanya.



Ada banyak sekali titik pandang ke Kawah Ratu Tangkuban Perahu, sehingga sangat memudahkan bagi para pengunjung. Selain dari hampir seluruh tepian Kawah Ratu, ada pula dek pandang untuk melihat pemandangan alam sekitar. Di lereng Kawa Ratu ada batuan lava yang unik. Jika saja ada pematung yang bisa menggarapnya sambil bergelantungan, batu itu bisa menjadi kepala Garuda yang indah.



Pemandangan di sepanjang tepian Kawah Ratu Tangkuban Perahu dilihat dari titik pandang pertama. Hampir semua titik memiliki sudut pandang yang baik ke arah kawah dan sekitarnya. Beberapa saat meudian kami pun berpindah tempat ke tempat parkir mobil paling ujung, yang tampak lebih ramai dipadati pengunjung.



Jalan bercabang ke kiri menuju Tangkuban Perahu setelah mobil menempuh perjalanan sekitar 8,7 km dari Pasar Buah Lembang, dimana kami membeli Ketan Bakar. Lurus ke kanan adalah menuju ke Subang, dan seterusnya ke Jakarta. Pada papan tengara tertulis "Anda Memasuki Kawasan Hutan Konservasi", "Masuk/Entrance Taman Wisata Alam Gn Tangkuban Parahu".



Jalan utama Lembang - Subang yang kami lalu sebelum berbelok ke arah kiri menuju ke Tangkuban Perahu. Spanduk warna merah di sana adalah iklan sebuah resor yang menawarkan pemandian air panas, taman air, resto, dan outbound. Pohon pinus tampak mendominasi pepohonan sekitar.



Pada papan tengara tertulis "Selamat Datang di Wanawisata Cikole - Jayagiri Hutan Lindung Perum Perhutani". Papan ini dipasang di pinggiran jalan yang menuju ke Kawah Ratu Tangkuban Perahu. Lokasi Wisata Gunung Tangkuban Perahu memang berdekatan dengan wanawisata ini, namun demikian saya belum berkesempatan berkunjung ke sana.



Pos pembayaran tiket masuk ke Taman Wisata Alam Gung Tangkuban Perahu, atau Tangkuban Parahu dalam bahasa setempat. Di sebelahnya adalah pos yang merupakan titik awal perjalanan menuju Kawah Domas, salah satu kawah Tangkuban Perahu yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Pos ini sekitar 2 Km dari belokan Jalan Lembang - Subang.



Pemandangan pada Kawah Ratu yang merupakan kawah terbesar Gunung Tangkuban Perahu. Kolam kawahnya seperti lumpur putih kecoklatan, sementara lereng di tepiannya ada yang berbentuk seperti pulau-pulau pasir dengan lereng yang terlihat rapuh.



Di ujung sana terlihat asap mengepul dari dalam lubang kawah yang aktif. Asap yang mengandung belerang, yang baunya kadang tercium oleh hidung dibawa angin gunung. Saking kuat baunya, hidung harus ditutup, atau menahan nafas, sampai angin lewat, atau pergi menjauh dari lintasan angin. Dinding di sekitar sumber asap terlihat kekuningan warna belerang.



Pemandangan pada lereng sebelah kiri Kawah Ratu, yang meskipun cukup landai namun sangat berbahaya untuk dilewati. Di Kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu ini pengunjung dilarang turun mendekati kawah, karena selain lintasannya berbahaya, juga asap belerang dan gas lainnya yang terbawa angin bisa pula berbahaya jika terhisap.



Lereng tebing sebelah kiri Kawah Ratu Tangkuban Perahu yang sepintas tampak ringkih dan mudah longsor, meski kenyataannya mungkin tak seperti itu. Lintasan di pinggiran Kawah Ratu sebelah sana rupanya bisa dilalui orang, yang baru belakangan saya ketahui setelah memotretnya dengan lensa tele.



Lereng tebing sebelah kanan Kawah Ratu, yang bentuknya berbeda dengan lereng pada sisi lainnya. Ada deretan bebatuan di tengah lereng, dan bagian atasnya yang menjadi area pandang buat pengunjung terlihat lebih solid dan stabil.



Di latar depan adalah jenis batuan lagi, masih di lereng tebing Kawah Ratu, yang berwarna coklat kekuningan ditopang oleh bebatuan yang padat. Di ujung sana adalah deretan warung, yang jika didesain dengan baik menggunakan bahwan alam akan jauh lebih cantik. Bandung kaya dengan ahli arsitek, dan salah satu atau salah dua dari mereka bisa meringankan tangan untuk membantu membuat rancangan kios sederhana berbahan alam yang murah namun berselera tinggi. Di sebelah kanan belakang adalah salah satu dari gardu pandang.



Sebuah tulisan yang sangat informatif dan mendidik yang ada di area Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu. Tulisan seperti ini yang mestinya ada di setiap tempat wisata, sehingga orang memiliki gambaran lebih baik tentang tempat yang mereka kunjungi, tidak hanya melihat apa yang tampak di mata saja. Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu ini berada pada ketnggian 1830 mdpl.



Perbukitan pada bagian sebelah kiri Kawah Ratu dengan batuan gamping yang tak beraturan dan tak ada jalan setapak khusus yang dibuat di sini untuk menuju ke atas. Pagar batangan kayu di sebelah kanan membatasi daerah aman dengan daerah berbahaya bagi pengunjung.



Pemandangan ini sangat elok, cocok untuk lokasi film petualangan atau film silat, jika saja di bawahnya bukan kawah aktif yang berbahaya dengan gas beracunnya. Bagaimana pun keindahan alam ini merupakan kekayaan yang harus dipercantik, bukan dirusak, dan dipromosikan ke dalam dan luar negri. Perlu master design yang membuat taman wisata ini bisa menjadi taman wisata berkelas dunia.



Pokok-pokok kayu di sebelah kiri menjadi pembatas wilayah aman dengan wilayah berbahaya untuk ditapaki. Jika melihat ke seluruh area kolam kawah ini, maka yang mengeluarkan asap hanyalah yang ada di sudut sevelah sana, sudut yang berdekatan dengan Kawah Upas, yang dari namanya juga mengindikasikan penghasil uap beracun juga.



Pagar pembatas yang dipasang di seluruh bagian sebelah kiri Kawah Ratu ini semula saya kira terbuat dari batang bambu, namun setelah melihatnya dari dekat ternyata dari batang-batang kayu gelondongan berdiameter kecil. Di sebelah kiri pagar kayu itu tampaknya ada lintasan jalan setapak menuju ke atas, meskipun tak beraturan.



Seorang pria tampak tengah menikmati waktu kesendiriannya dengan duduk di atas bangku kayu di bawah bayang pepohonan. Tampaknya menyenangkan juga duduk di sana melihat polah tingkah pengunjung Tangkuban Perahu dari kejauhan. Langit biru yang bersih memberi kontras yang elok dengan hijau pohon dan tanah gamping putih kekuningan.



Pemandangan ini adalah pada arah yang berlawanan dengan pemandangan ke arah Kawah Ratu. Latar depan dengan perdu yang kering merah kekuningan sangat kontras dengan pepohonan hijau subur di lembah dan perbukitan di latar belakang.



Sudut pandang mata burung yang sangat elok ke arah area pandang di pinggir kanan Kawah Ratu yang berlekuk-lekuk dibatasi oleh deretan pokok kayu, warung-warung di sebelah kanan, dan lintasan yang menuju ke arah puncak tebing di sisi belakang Kawah Ratu.



Seorang pedagang ketan bakar dan minuman duduk berlindung payung di bawah papan promosi untuk berkunjung ke Kawah Domas melalui jalan setapak di sebelah gardu pandang di area sebelah kanan. Disebutkan bahwa Kawah Domas merupakan kawah aktif dimana pengunjung dapat menemukan air mendidih bersuhu sekitar 98 derajat Celsius sehingga dapat dipakai untuk merebus telur, merendam kaki ke dalam air hangat, yang ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 1,2 km melewati hutan tropis. Kawah Domas buka dari jam 07.00 - 16.00.



Gardu pandang kiri Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu yang berada di ujung kanan area parkir. Angin di sana cukup kencang, dan kadang membawa bau belerang. Area parkir ini terlihat tak begitu beraturan dan mempersempit ruang buat pejalan. Ke depan perlu dipikirkan agar hanya angkutan umum dari terminal wisata yang nyaman dan berkelas yang diperbolehkan masuk ke area ini, dan kendaraan pribadi yang tetap ingin masuk harus membayar sangat mahal.



Pemandangan yang saya ambil dari Gardu Pandang kanan yang dicapai dengan menuruni anak tangga dari area parkir. Tangga itu tampak di latar depan bawah. Dari foto ini terlihat bahwa pinggiran kawah pada sisi berseberangan dengan area parkir tidaklah bersambung. Ada bagian yang terputus. Bagian kosong kecoklatan pada tebing tampaknya adalah karena longsor.



Pemandangan dari gardu pandang ke arah area sebelah kanan, dengan dek pandang terbuka berpagar kayu di sebelah kiri yang hampir sama ketinggiannya dengan atap ijuk warung, serta lintasan undakan di sebelah kanan yang melingkari separuh keliling Kawah Ratu.



Seorang wanita dan pria tengah berdiri di tepi pagar memandang ke arah Kawah Ratu, dengan Tengara Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Perahu di sebelah kanannya, yang menyebutkan masuk ke wilayah Subang. Memang letak gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Bandung Barat dengan Kabupaten Subang.



Kontur tanah tinggi rendah di Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu memang elok, sehingga memungkinkan pengunjung untuk mendapatkan pemandangan dari sudut yang tinggi seperti ini, ditambah lagi dengan adanya gardu-gardu pandang.



Dengan lensa tele bisa terlihat dua orang tengah berdiri di seberang sana. Menakjubkan. Baru saat itulah saya menyadari bahwa di sana itu bisa dikunjungi orang, yang rupanya bisa diakses dari undakan yang ada di sebelah kanan area Kawah Ratu. Pemandangan dari sana tentulah sangat mengesankan, meski tak terlihat ada pagar pengaman.



Pemandangan pada lereng tebing di ujung sebelah kiri Kawah Ratu yang bagian atasnya mulai ditumbuhi pepohonan. Jika saja tidak ada gas berbahaya yang keluar dari lubang magma Kawah Ratu, akan sangat elok bila ada undakan menuju ke bawah pada tebing seperti ini.



Bagian awal puncak tebing yang ada di seberang area parkir utama Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu. Di sebelah kiri adalah sepasang umbul-umbul yang terbuat dari janur, entah dibuat untuk tujuan apa. Namun dari lintasan di puncak tebing sana itu orangmungkinbisa melihat pemandangan Kawah Upas.



Pemandangan elok lainnya yang diambil dengan lensa 200mm. Jika melihat ada pagar pengaman, maka di sana itu bisa dikunjungi manusia. Nahkan jika melihat tebing di belakangnya sana yng mulus, maka puncak tebing miring itu juga tampaknya pernah dirambah kaki manusia. Pemandangan di seputaran Kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu memang mempesona. Ada banyak yang bisa dilihat dan dinikmati.



Pandangan dekat dengan lensa 200mm pada undakan di sisi kanan Kawah Ratu yang diberi pagar kayu pengaman yang terus berlanjut hingga sampai ke atas sana, dan terus bersambung ke lintasan yang ada di seberang area parkir Kawah Ratu.



Bergaya di atas dek pandang terbuka Kawah Ratu. Waktu itu tongsis belum lagi populer, sehingga salah satu dari kelima gadis itu harus bergantian menjadi pemotret. Latar belakang pemandangan yang sangat indah, dari sudut mana pun foto diambil, membuat setiap foto terlihat elok.



Pemandangan yang menawan ini diambil dari atas gardu pandang. Memperlihatkan atap-atap warung, pepohonan, lintasan turun naik berpelindung pagar batang kayu, dan tebing curam yang cantik di ujung sana. Ragam tebing Kawah Ratu ini menjadikannya cantik untuk dilihat dari semua sisi.



Sekelompok pengunjung terlihat bergerombol area pandang alam di sisi kiri Kawah Ratu. Foto ini diambil diambil dari gardu pandang kanan. Luasnya area Taman Wisata Gunung Tangkuban Perahu ini bisa menghabiskan sehari penuh jika ingin tuntas menjelajahi semua yang bisa dilihat, termasuk ke Kawah Domas dan Kawah Upas.



Empat pengunjung wanita tampak dengan beraninya berdiri di luar pagar, dengan jurang dalam tepat di sebelah kanan mereka. Meskipun sangat beresiko, namun ada saja pengunjung yang nekat seperti mereka untuk mendapatkan sudut pandang yang berbeda.



Di lereng Kawa Ratu ada batuan lava yang unik. Jika saja ada pematung yang bisa menggarapnya sambil bergelantungan, batu itu bisa menjadi kepala Garuda yang indah.



Papan penunjuk arah yang ada di dekat gardu pandang. Arah ke Kawah Upas itu adalah yang diakses dengan melewati undakan di sisi sebelah kanan Kawah Ratu. Saya tak sempat berkunjung ke Air Keramat Cikahuripan yang disebutkan di tengara arah paling bawah itu.



©2021 Ikuti