Foto TaHuRa Juanda

Lintasan teduh terlihat di area yang menuju ke arah jalan utama di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda. Pepohonan muda yang tinggi di sepanjang lintasan jalan memberikan pemandangan yang enak dilihat dan suasana nyaman, selain memberi udara yang segar.



Sebuah tugu ucapan selamat datang terlihat di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, yang ditulis dalam bahasa Sunda berbunyi "Wilujeng Sumping di Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda Bandung". Wilujeng Sumping adalah selamat datang. Lalu "Miara leuweung anjangeun urang sarerea" yang artinya pelihara hutan tempat kita semua. Di bawahnya lagi ada goresan aksara Sunda.



Patung Ir.H. Juanda sebatas dada yang diletakkan di ruangan terbuka di bawah bayang dedaun pepohonan yang rimbun. Tanda tangan Presiden Soeharto yang meresmikan berdirinya Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda ini bisa ditemukan pada prasasti yang dipasang pada dinding dudukan di bawah patung.



Di sebelah kiri adalah salah satu gubug yang nyaman untuk bercengkerama sambil menikmati suasana di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda Bandung. Di ujung sana adalah patung Juanda pada foto sebelumnya. Di dekat beberapa buah gubug atau saung itu terdapat koleksi pepohonan langka yang hanya berjumlah beberapa buah.



Lintasan teduh ke arah jalan utama di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda dengan bunga terompet yang menghiasinya.



Di beberapa area berkas sinar matahari masih bisa masuk ke bagian bawah hutan, namun di bagian lain banyak yang sudah rimbun.



Beberapa buah gazebo atau saung tampak disediakan di beberapa titik. Dengan curah hujan yang tinggi memang perlu banyak tempat berteduh yang ramah lingkungan. Perhatikan bahwa di bawah saung tetap bisa menjadi resapan air. DI sebelah kiri adalah kanal air.



Hujan yang turun hampir setiap hari telah membuat warna air sungai di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda menjadi berwarna keruh kecoklatan.



Jalan aspal di dalam kawasan taman hutan raya yang cukup mulus. Selain diperlukan untuk acara khusus, jalan lebar jseperti ini memang perlu jika sewaktu-waktu ada kebakaran hutan.



Sepotong pemandangan pada kawasan hutan lainnya. Pada sejumlah pohon ditempel keterangan mengenai nama pohon, baik nama lokal maupun nama Latin, khususnya untuk pohon-pohon yang dianggap langka.



Pemandangan pada sisi kiri lintasan jalan dimana di bawah sana ada pula sebuah saung kecil. Pepohonan di area ini maih reltif kecil batangnya.



Area hutan yang batang pohonnya sudah mulai terlihat cukup besar. Menanam dan menumbuhkan pohon memerlukan kesadaran dan kesabaran, sementara untuk menumbangkannya hanya perlu keserakahan.



Koleksi dedaunan dan benda lain yang disimpan di sebuah museum kecil di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda.



Beberapa benda kenangan yang berhubungan dengan mendiang Ir.H. Juanda diletakkan di dalam museum kecil. Hanya sayang lambang negara waktu itu menggeletak di pojok lantai.



Sejumlah dokumentasi foto saat Juanda masih memegang jabatan di pemerintahan semasa Presiden Soekarno, termasuk saat menerima medali penghargaan dari negara sahabat.



Menempel pada dinding sebelah kanan adalah piagam-piagam penghargaan dari sejumlah negara sahabat yang diberikan kepada Juanda.



Dokumentasi foto saat Menteri Pertama RI Ir.H. Juanda selaku pejabat Presiden RI pada tahun 1962. Ir. Raden Haji Juanda Kartawijaya, lahir di Tasikmalaya, pada 14 Januari 1911 dan wafat di Jakarta pada 7 November 1963 dalam usia 52 tahun karena serangan jantung. Ia adalah Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir yang menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959.



Sejumlah dokumentasi foto lainnya yang disimpan di museum. Deklarasi Djuanda dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Djuanda Kartawidjaja, sebagai Perdana Menteri, yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.



Area terbuka yang ditata apik. Taman hutan raya yang pada tahun 1965 itu hanya seluas 10 ha (kini hampir 600 ha) berada pada ketinggian antara 770 mdpl sampai 1330 mdpl, dan menjadi tempat perlindungan bagi sekitar 2500 jenis tanaman yang terdiri dari 40 familia dan 112 species.



Teduh dan apik dilengkapi tempat-tempat duduk di bawah naungan payung rumbia yang serasi dengan alam. Dengan area yang begitu luas setidaknya membutuhkan waktu 2-3 jam untuk berjalan kaki mengelilinginya.



Masih di sekitar area sama yang membuat saya cukup betah. Kabarnya dulunya area ini merupakan taman hutan lindung terbesar yang pernah dibangun pemerintah Hindia Belanda yang diberi nama Hutan Lindung Gunung Pulosari. Meskipun mungkin sudah dirintis bersamaan dengan pembuatan Gua Belanda, peresmian hutan lindung ini baru dilakukan pada tahun 1922.



Sebuah pohon besar bercabang-cabang sejak dari pokok batangnya yang ikut menaungi area terbuka dimana terdapat patung dada Juanda yang undakannya tampak di sebelah kiri pada foto.



Patung dada Djoeanda Kartawidjaja itu. Sejumlah jabatan yang pernah disandangnya selain menjadi Perdana Menteri ke-10 dan yang terakhir, adalah Menteri Keuangan ke-11, Menteri Pertahanan ke-11, Menteri Pekerjaan Umum ke-5, dan Menteri Perhubungan ke-3.



Sudut pandang yang ditarik sedikit lebih ke belakang dari foto sebelumnya. Juanda menjadi mahasiswa Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS), sekarang Institut Teknologi Bandung (ITB), pada 1929 dan lulus sebagai sarjana jurusan teknik sipil pada tahun 1933.



Pemandangan pada area sebelah kiri patung Juanda. Area terbuka ini saya kira merupakan salah satu tempat ternyaman di dalam taman hutan raya ini. Karena lokasi Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda ini berada di Kabupaten Bandung (Kecamatan Cimenyan), Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan Lembang) dan Kota Bandung (Kecamatan Coblong), maka pengeloaannya dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat.



Pohon dengan tatanan dahan, ranting dan daun yang elok berlatar perbukitan yang menarik perhatian saya. Jika saja bisa berbunga tentu akan lebih elok lagi.



Gerbang dan loket pintu masuk II Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda dengan area parkir yang cukup luas. Pengunjung bisa naik angkot sampai Terminal Dago, lanjut naik jurusan Kampus Unisba dan turun di Kordon, lanjut jalan kaki sejauh 500 m.



Sebuah restoran yang terletak di sebelah lahan parkir pintu masuk II Taman Hutan Raya Ir.H. Juanda merupakan tempat yang nyaman untuk menikmati minuman segar dan serta makanan setelah berkeliling di kawasan taman hutan yang sangat luas ini.



©2021 Ikuti