Lumpang batu banyak disebut sebagai peninggalan kebudayaan dari jaman megalitik, bersama dengan dolmen, menhir, kubur batu, dan batu dakon. Fungsi lumpang batu pada masa itu tak beda dengan yang sekarang masih bisa dijumpai di pedesaan, yaitu untuk menumbuk dan menghaluskan biji-bijian sebagai bahan makanan.
Di bagian belakang permukaan batu lumpang tampak ada sebuah tonjolan tanpa bentuk yang jelas. Tak ada catatan atau prasasti yang bisa menjelaskan keberadaan Situs Carangandul ini, selain kisah legenda yang berkembang di tengah masyarakat sekitar situs. Nama Carangandul pun tampaknya diambil dari nama desa dimana situs berada.
Di depan Batu Lumpang Situs Carangandul tampak ada dua buah batu, satu bundar dan satu lagi berbentuk segi empat, yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan dupa yang akan dibakar. Satu batu lagi terlihat bersih tanpa dupa dan ada lekuk memanjang di tengahnya.
Di halaman situs terdapat beton segi empat rendah dengan prasasti di permukaannya bertuliskan “Berkat rahmat Tuhan Yang Mahaesa telah direhab komplek Situs Carangandul Desa Tamansari Kecamatan Karanglewas, 18 Juli 2008. Kepala Disparbud Kabupaten Banyumas Drs. H. Slamet Sudiro MM”, lengkap dengan pangkat dan NIP-nya.
Sebuah pohon besar di sebelah cungkup Situs Carangandul membuat cungkup situs terlihat kerdil. Semoga pohonnya tetap lestari dan situsnya pun tetap terjaga dan ditingkatkan lagi dengan penambahan sebuah papan berisi poster tentang riwayat dan legenda terkait batu lumpang itu.
Sponsored Link