
Langit bagian dalam Masjid Al Kahfi dihias dengan ornamen ukir silang, sedangkan atap masjid berbentuk limasan tumpang, dengan mustaka terakota yang masih asli. Pada 24 Sya'ban 879 H (1475 M), setelah 20 tahun lebih berdakwah di pesisir utara Pulau Jawa, bersama istri dan anakanya yang masih kecil Syekh Abdul Kahfi berangkat menuju Somalangu, Kebumen.

Bagian atas kayu Mimbar Masjid Al Kahfi. Jika diperhatikan, di bagian tengah kayu terdapat bagian tanpa ukir. Di tempat itu sebelumnya ada kepala kerbau atau Nandi yang dibuang karena mungkin berbau Hindu. Hanya tinggal bekas kepala dan telinga yang terlihat. Di mimbar juga konon ada tulisan angka 1000 H, namun saya tak menemukannya.

Bagian Mihrab Masjid Al Kahfi dengan partisi kayu. Yang tidak begitu lazim adalah adanya jendela pada dinding di kiri kanan mihrab. Mimbar ada di sebelah kanan, di tempat yang diberi kain mori putih. Sejak didirikan, Pondok Pesantren Al Kahfi Somalangu telah mengalami pergantian pimpinan sebanyak 16 kali. Diantaranya adalah generasi ke-12 Syekh Ibrahim Al Hasani atau Syekh Abdul Kahfi II. Pada jamannya, banyak alumni menjadi tokoh terkenal seperti Kya Abbas Buntet Cirebon, Kyai Dalhar Watu Congol Muntilan, dan Kyai Dahlan Jampes.

Seorang santri duduk merapat pada dinding masjid. Ia tengah membaca sebuah kitab. Di depannya adalah mimbar kayu dengan bekas patung lembu pada kayu di bagian depan atasnya.

Sejumlah santri tengah duduk santai di serambi masjid setelah selesai mengerjakan salad dan melakukan wirid. Salah satu diantara mereka memegang alat musik semacam rebana.

Di ujung sana adalah tempat mengambil air wudlu yang berada di bagian depan masjid sebelah kiri. Airnya cukup bening dan bersih. Tempat saya berdiri untuk memotret sebenarnya adalah halaman depan, namun diberi atap seng, dan digunakan sebagai perpanjangan serambi.

Adanya atap seng sederhana di depan serambi masjid membuat pemandangan ke arah masjid menjadi rusak. Pengunjung tak bisa secara bebas melihat arsitektur masjid, dan meskipun dari jauh bisa melihat, namun terlihat tidak elok dan tak berbudaya.

Jika saja atap seng di depan serambi itu dihilangkan, bentuk limasan atap Masjid Al Kahfi bisa terlihat dengan jelas dan indah.

Bangunan rumah panggung inilah yang merupakan bangunan asli pondok di Al Kahfi, sebelum dibangunnya pondok baru yang terbuat dari beton bertingkat.

Pandangan lebih dekat pada bagian atas kayu Mimbar Masjid Al Kahfi, tempat dimana sebelumnya ada bentuk kepala kerbau atau Nandi yang telah dihilangkan, mungkin karena berbau Hindu. Hanya tinggal bekas kepala dan telinga yang masih terlihat.

Terakota mustaka masjid yang konon masih asli itu bisa pula dilihat oleh para pengunjung. Bangunan masjid pun akan terlihat jauh lebih berbudaya, sesuai statusnya sebagai Benda Cagar Budaya.

Sponsored Link