Foto Museum Pers Nasional 2

Prasasti yang ditulis di atas batu marmar ini menempel pada sebuah batu besar di ruang depan Gedung Monumen Pers Nasional.

Museum Monumen Pers Nasional Solo

Koleksi peralatan di Monumen Pers Nasional yang digunakan pada siaran langsung terjauh di Indonesia yang terjadi pada 1936, yaitu dari Solo ke Den Haag.

Museum Monumen Pers Nasional Solo

Gusti Nurul, Putri Sri Mangkunegoro VII, tengah menari Tari Srimpi dalam resepsi pernikahan Ratu Yuliana dan Pangeran Benhard di Istana Noordine, Den Hag, pada 1936, dengan iringan gending yang disiarkan secara langsung oleh SRV dari Kota Solo dan dipancarkan ke negeri Belanda.

Museum Monumen Pers Nasional Solo

Patung dada beberapa tokoh pers nasional, yaitu Dr. GSJJ Ratulangie, RM Tirtohadisoerjo, R. Darmosoegito, RM Soedarjo Tjokrosisworo, dan Djamaluddin Adinegoro. Melalui surat kabarnya Nationale Commentaren, Ratulangi banyak menelanjangi kecurangan Belanda, sehingga dijebloskan ke penjara selama 4 bulan. Di penjara ia menulis buku "Indonesia in den Pasific". Di awal kemerdekaan Ratulangie menjadi Gubernur Sulawesi.

RM Tirtohadisoerjo adalah orang yang melakukan pembaruan dalam mengolah isi suratkabar. Ia kemudian menjadi pemimpin redaksi Medan Priyayi dan Suluh Keadilan. Karena tulisannya yang sangat tajam mengkritik Belanda ia dibuang ke Pulau Bacan.

R. Darmosoegito banyak mengirim tulisan ke berbagai suratkabar dan majalah, seperti Bromartani, Djawi Kondo, Djawi Hiswara, Pasopati, Madjapahit, Taman Pewarta, Taman Sari, dan banyak lagi lainnya. Ia juga mengajar menari, dan menulis tentang kebudayaan Jawa.

Soedarjo Tjokrosisworo adalah salah satu pelopor berdirinya PERDI (Persatoean Djoernalis Indonesia) dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) pada 1946, serta merintis berdirinya museum pers di Indonesia.

Djamaluddin Adinegoro menerbitkan catatan perjalanannya ke Barat dalam buku "Melawat Ke Barat". Ia juga pernah menjadi redaksi majalah Panji Poestaka, dan lalu memimpin harian Pewarta Deli di Medan. Ia ikut mendirikan majalah Mimbar Indonesia. Nama Adinegoro dipakai untuk pemnberian penghargaan karya jurnalistik terbaik wartawan Indonesia.

Museum Monumen Pers Nasional Solo

Sebuah diorama di Museum Monumen Pers Nasional.

Museum Monumen Pers Nasional Solo

©2021 Ikuti