Foto dokumentasi yang memperlihatkan RA Kartini bersama para muridnya. Di baris belakang adalah Roekmini, Kartinah, Soemarti, dan Kartini. Foto ini adalah repro dari koleksi KITLV Leiden. Kartini bersama saudaranya, atas seijin sang ayah, mendirikan sekolah bagi wanita di pendopo kabupaten, yang dilanjutkannya di tempat baru saat menikah dan tinggal di Rembang.
Dalam pertempuran di Kartasura itu konon Kapten Tac tewas di tangan Pangeran Puger dengan tombak pusaka Kyai Plered. Kubur Kapten Tack kemudian dipindahkan ke Kruiskerk atau Gereja Salib di Batavia. Awal abad ke-18 gereja itu menjadi Hollandsche Kerk, dan sekarang ditempati oleh Museum Wayang yang berada di sisi barat Taman Fatahillah.
Sebuah foto dokumentasi di Museum Kartini Jepara yang memperlihatkan struktur bangunan kecil bertingkat yang menjadi tempat ditanamnya ari-ari RA Kartini di daerah Mayong. Air-ari anak laki-laki biasanya digantung di pinggiran atap rumah.
Poster yang memperlihatkan silsilah leluhur Kartini, yang dimulai dari Brawijaya, Raja Majapahit, hingga ke ayahnya yang menjadi bupati Jepara. Ketika masih sebagai wedana Mayong, ayahnya menikah dengan Ngasirah, seorang rakyat biasa yang jadi ibu kandung Kartini. Setelah menjadi bupati Jepara ia menikah lagi dengan wanita priyayi yang dijadikannya sebagai garwa padmi. Dalam urutan lahir, RA Kartini adalah anak keempat dari 11 bersaudara.
Sponsored Link