Foto Museum Geologi

Tampak muka gedung Museum Geologi Bandung yang terlihat elegan. Ketika saya kunjungi, kondisi museum sangat bersih dan koleksinya terawat dengan baik. Museum ini pernah mengalami renovasi besar dengan bantuan pendanaan dari JICA. Belakangan ada renovasi besar lagi yang membuat tampilan halaman muka menjadi jauh lebih baik, demikian juga penataan isinya menjadi sangat modern dan berselera.



Salah satu koleksi Museum Geologi Bandung adalah Kerbau Purba (Bubalus palaeokerabau) yang hidup di jaman tersier 6,5 juta – 1,5 juta tahun lalu. Fosilnya ditemukan Eugene Dubois di Pulau Jawa pada 1891. Berat Kerbau Purba bisa 1,2 ton, panjang 3 meter, dengan ekor 1 meter, sementara panjang tanduknya bisa sampai 2 meter.



Replika fosil T-Rex yang sangat indah terlihat dipajang di Galeri Mesozoikum Museum Geologi Bandung. Ada pula dipajang cetakan kaki Tyrannosaurus yang ditemukan pada tahun 2007 oleh Phil Manning, paleontolog asal Inggris, di Hell Creek Formation, Montana. Jaman Mesozoikum berlangsung pada sekitar 251-65 juta tahun lalu.



Koleksi batuan topaz dengan warna yang sangat indah. Koleksi batuan lainnya adalah cebakan nikel. Daerah penambangan nikel yang cukup besar di Indonesia adalah Soroako di Sulawesi Selatan, dan Kolaka di Sulawesi Tenggara. Masih banyak lagi koleksi batuan menarik lainnya di salah satu museum tertua di Indonesai ini.



Kerangka berbagai jenis binatang yang telah punah maupun yang masih ada. Koleksi kerangka binatang Museum Geologi Bandung ini sangat mengesankan, salah satunya adalah Kerbau Purba ini. Bandingkan besar kerangka kerbau purba itu dengan besarnya kerbau masa kini yang ada di bawahnya.



Pada 1892, Edward Drinker Cope menemukan bagian tulang punggung yang diduga milik T-rexdan dan diberi nama Manospondylus gigas. Pada 1900, Barnum Brown menemukan fosil kedua dan dinamai Dynamosaurus imperiosus oleh Henry Fairfield Osborn pada 1905. Fosil ketiga pun ditemukan Henry Fairfield Osborn pada 1902 di negara bagian Montana dan diberi nama Tyrannosaurus rex.



Selain fosil Mastodon di Bumiayu, di Sangiran ada juga fosil gajah purba (Femur dextra Elephantidae), dan fosil Stegodon sp yang hidup sekitar 500.000 tahun yang lalu. Fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus) juga ditemukan di Trinil, situs paleoantropologi di Desa Kawu, Ngawi, Jawa Timur.



Koleksi fosil Ammonoid (berbentuk spiral) dan Nautiloid (berbentuk lurus) di Museum Geologi Bandung. Ammonoid adalah sejenis hewan invertebrata laut mirip cumi-cumi raksasa bercangkang dari subkelas Ammonoidea, Kelas Chepalopoda, yang telah mengalami kepunahan bersamaan dengan dinosaurus sekitar 65 juta tahun lalu.



Fosil ular Python reticulatus, yang telah berusia 30.000 – 40.000 tahun. Ular Sanca Kembang (ular sawah, sawah-n-etem, ular petola) merupakan jenis ular tak berbisa berukuran besar dengan panjang bisa melebihi 10 m.



Sebuah rekonstruksi kerangka fosil Kuda Nil primitif di Museum Geologi yang berukuran lebih kecil dari kerbau (Hexaprotodon simplex), yaitu binatang migran dari Asia pada jaman Pleistosen (1.808.000 hingga 11.500 tahun yang lalu), selain Mastodon (Sinomastodon bumiayuensis, sejenis gajah primitif), serta Kura-kura raksasa (Megalochelys sp). Fosil ketiga binatang purba itu ditemukan di Satir, Bumiayu, Jawa Tengah.



Replika Mastodon (Sinomastodon bumiayuensis, spesies mamalia bergading besar dari genus Mammut, namun Mastodon adalah pemakan dedaunan dan dahan pohon sedangkan Mammut adalah perumput. Mastodon hidup sejak 40 juta tahun silam dengan fosil tertua ditemukan di Republik Demokrasi Kongo. Fosil Mastodon Museum Geologi berasal dari Bumiayu itu diduga berumur 1,2 juta – 1,5 juta tahun lalu.



Berbagai koleksi Museum Geologi Bandung berupa fosil tulang-tulang binatang yang ditemukan di berbagai tempat. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan, yang telah berubah menjadi batu atau mineral. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa itu harus segera tertutup sedimen sehingga terbebas dari bakteri pembusuk.



Koleksi batuan Museum Geologi Bandung yang menarik, seperti potongan batuan nikel dengan halogen pada foto di atas. Nikel adalah logam tahan karat yang lembek dalam keadaan murni, dan menjadi baja tahan karat yang keras ketika dipadukan dengan besi, krom, dan logam lainnya. Golongan halogen terdiri dari fluor (F), klor (Cl), brom (Br), yodium (I), astatin (At), dan ununseptium (Uus) yang belum ditemukan. Kelompok ini akan menghasilkan garam jika bereaksi dengan logam.



Banyak jenis batuan yang dipamerkan di Museum Geologi Bandung yang kebanyakan baru saya lihat pada waktu berkunjung ke sana, seperti bijih Timbal ini. Timbal digunakan dalam industri pembuatan pipa air yang tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil. Logam ini bersifat racun bagi manusia, dan masuk ke dalam tubuh melalui makanan minuman yang tercemar, juga bisa dari udara.



Geode ametis yang di Indonesia dikenal sebagai kecubung pengasih, memiliki nilai keras 7 berdasarkan daftar keras Mohs. Batu ametis berwarna ungu, ungu muda, ungu kemerahan, ungu kebiruan sampai ungu kehitaman. Batu kecubung merupakan batu lahir bagi orang yang lahir di bulan Februari. Jenis batu ini biasanya digunakan sebagai liontin, kalung atau cincin.



Daerah penambangan nikel yang cukup besar di Indonesia adalah Soroako di Sulawesi Selatan, dan Kolaka di Sulawesi Tenggara. Jika suatu saat nanti anda berkunjung ke Museum Geologi Bandung, anda akan dapat melihat sendiri koleksi berharga yang tidak anda temukan dalam foto-foto di atas.



Museum Geologi Bandung didirikan pada 16 Mei 1928. Sebagaimana terlihat pada foto-foto di atas, museum ini memiliki banyak sekali koleksi yang tak ternilai harganya, seperti contoh-contoh mineral, batuan dan fosil yang berasal dari berbagai kegiatan eksplorasi geologi yang dilakukan sejak tahun 1885.



©2021 Ikuti