Foto Monumen Perjuangan Rakyat

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dilihat dari arah samping belakang. Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 72.040 m², dengan luas bangunan 2.143 m², diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada 23 Agustus 1995. Monju juga dilengkapi dengan ruang audiovisual yang saat itu belum berfungsi, serta ruang perpustakaan dan musholla.



Lambang negara Garuda Pancasila diletakkan di titik pusat Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang berbentuk lengkung berlapis, diapit bangunan simetris yang mengambil bentuk bambu runcing, senjata tradisional yang banyak digunakan semasa revolusi kemerdekaan. Semangat para pejuang yang tinggi membuat apa pun bisa menjadi senjata untuk melawan musuh.



Ada sebuah prasasti di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat berupa puisi yang ditulis sastrawan Saini KM dalam bahasa Sunda, serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Saini KM, lahir di Sumedang pada 16 Juni 1938, adalah penulis esai, puisi dan naskah teater yang mendapat berbagai penghargaan. Ia adalah pendiri dan pengajar ASTI Bandung.



Samping depan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat dengan sejumlah undakan menuju ke area utama. Tenda didirikan di depan monumen karena akan berlangsung sebuah acara di sana.



Pandangan dari samping Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ke arah belakang, atau arah kedatangan saya sebelumnya dari area tempat parkir yang ada di seberang kampus UNPAD di Jl Dipati Ukur, Bandung.



Prasasti berupa puisi yang ditulis oleh Saini KM dalam bahasa Sunda. Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia berada agak jauh di sebelah kanannya.



Terjemahan dalam bahasa Indonesia dari prasasti sebelumnya. Penulisnya, Saini KM, lahir di Sumedang pada 16 Juni 1938, adalah penulis esai, puisi dan naskah teater yang mendapat berbagai penghargaan. Ia adalah pendiri dan pengajar Jurusan Teater di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung.



Relief yang menggambarkan seorang tentara tengah memegang pataka Angkatan Darat dari Divisi Siliwangi, yang mengawasi orang-orang yang tengah mengangkut karung berisi bahan makanan ke atas kapal, sebagai bantuan dari Indonesia untuk India.



Bagian relief lain yang memperlihatkan politik Devide et Impera Belanda pada Perundingan Linggarjati, yang diselenggarakan di Gedung Perundingan Linggarjati, Kuningan. Perundingan Linggarjati yang dimulai pada 11 November 1946 itu menghasilkan 17 pasal, yang dianggap sangat melemahkan posisi Indonesia, diantaranya: Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura; Belanda harus meninggalkan wilayah RI selambatnya 1 Januari 1949; Belanda dan Indonesia membentuk RIS; Indonesia harus tergabung dalam Persemakmuran Indonesia – Belanda dengan penguasa Belanda sebagai kepala uni.

Hasil perundingan Linggarjati ditandatangani di Istana Merdeka Jakarta pada 15 November 1946 dan diratifikasi pada 25 Maret 1947. Namun pada 20 Juli 1947, Gubernur Jenderal H.J. van Mook menyatakan tidak terikat dengan perjanjian ini, dan 21 Juli 1947 terjadi Agresi Militer I.



Relief yang berada di sayap kiri kanan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, diantaranya memperlihatkan Sakola Istri, sekolah perempuan pertama se-Hindia Belanda yang didirikan pada 16 Januari 1904 oleh Dewi Sartika. Sakola Istri dimulai dengan tiga orang guru (Dewi Sartika, Ny. Poerwa dan Nyi. Oewid) serta 20 orang murid, dengan menggunakan ruangan pendopo Kabupaten Bandung.

Dewi Sartika adalah tokoh perintis pendidikan kaum perempuan, lahir di Bandung 4 Desember 1884 dan meninggal di Tasikmalaya 11 September 1947. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah pada 1966. Juga terlihat relief Sumpah Pemuda 1928, serta tulisan “Indonesia Menggoegat” yang diambil dari judul pidato pembelaan Sukarno di Gedung Pengadilan Distrik Bandung di jaman kolonial, yang sekarang menjadi Gedung Indonesia Menggugat.



Dua gadis remaja pelajar sekolam menengah atas tampak tengah berjalan di pelatar tengah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat. Tingginya monumen bisa diperbandingkan dengan tinggi kedua remaja itu.



Salah satu diorama yang memperlihatkan ketika Bung Karno berpidato pada Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika, diselenggaralan pada 18 – 24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, yang dihadiri 29 negara.



Diorama yang memperlihatkan peristiwa Bandung Lautan Api yang terjadi pada 24 Maret 1946. Dalam peristiwa tujuh jam itu sekitar 200.000 penduduk Bandung Selatan membakar rumah dan bangunan-bangunan penting di sekitar rel kereta api, dari mulai Ujung Berung sampai ke daerah Cimahi. Aksi bumi hangus ini dilakukan agar tentara Sekutu dan NICA tidak bisa menggunakan Kota Bandung sebagai markas militer dalam perang melawan Republik Indonesia.



Diorama yang memperlihatkan suasana saat berlangsungnya Perundingan Linggarjati. Delegasi Indonesia adalah Sutan Sjahrir, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Dr.A.K.Gani dan Mr. Muhammad Roem. Sedangkan wakil Belanda ada Schermerhorn, Van Poll, F.DeBoer, dan Van Mook.



Partisipasi rakyat dalam pembangunan jalan raya di wilayah Sumedang semasa pemerintahan Daendels. Di area yang sekarang dikenal sebagai Cadas Pangeran, proyek pembangunan Jalan Raya Pos sempat terhenti karena kondisi alam yang sulit telah memakan banyak korban jiwa, sehingga para pekerja menolak melanjutkan bekerja dan Pangeran Kornel (Pangeran Kusumadinata IX, Bupati Sumedang 1791 – 1828) turun langsung dan bertemu Daendels untuk membela para pekerja. Daendels akhirnya memerintahkan Brigadir Jenderal von Lutzow menggunakan tembakan artileri untuk menghancurkan bukit cadas dan pembangunan pun bisa diteruskan.



Diorama yang menggambarkan perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa bersama rakyatnya untuk menentang kolonial Belanda pada tahun 1658. Sultan Ageng Tirtayasa adalah penguasa Kesultanan Banten pada 1651 – 1683, dan memimpin banyak perlawanan terhadap VOC yang mencoba menerapkan monopoli perdagangan yang sangat merugikan.



Diorama lainnya di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ini adalah Long Mach Siliwangi pada Januari 1949 dan Diorama Operasi Pagar Betis (Operasi Brata Yuda) 1962.



Sudut pandang yang memperlihatkan bentang relief pada dinding bawah Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang memperlihatkan fragmen-fragmen kisah perjuangan yang dilakukan oleh rakyat, tentara, dan para pemimpin republik di wilayah Jawa Barat.



©2021 Ikuti