
Sisi sebelah kiri ruangan cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan, dengan lubang hawa tak berpenutup dan lubang masuk yang ditutup pagar besi berjeruji yang digembok. Gembok itu tampaknya hanya dibuka pada musim ziarah untuk mempermudah keluar masuknya orang. Ruangan ini nyaris tanpa ornamen, kecuali beberapa tempelan pada dinding.

Serambi Makam Syekh Wali Agung Rogoselo dengan sebaris ambalan selebar keramik untuk duduk. Serambi ini hanya dipasang paving blok sehingga lantainya tidak bisa untuk lesehan, kecuali jika digelar tikar saat peziarah ramai. Lubang hawa besar itu bisa menjadi jalan masuk, bila semua pintu digembok. Namun mungkin hanya sedikit orang yang berani melakukannya.

Undakan cukup lebar yang bagian atasnya dipecah menjadi dua, jalur naik dan jalur turun. Cukup tinggi undakan ini, namun tak begitu jauh karena cungkup sudah terlihat di ujung sana.

Dua kubur sangat sederhana yang masing-masing hanya ditandai oleh batu biasa tanpa nama. Entah siapa mereka, karena diletakkan sangat berdekatan dengan kelambu kubur sang wali.

Kubur sederhana lainnya dengan empat batu biasa sebagai nisan. Entah kubur suami isteri atau kubur kuncen yang dahulu merawat makam ini. Di bagian bawah kanan ada lekukan yang mungkin memiliki maksud tertentu.

Bagian kiri kelambu yang melingkupi jirat kubur sang wali, yang tak bisa dilewati orang. Karena tak melihat kuncen maka ada rasa segan untuk membuka kelambu, sehingga tak ada foto jirat kubur yang saya peroleh dalam kunjungan ini.

Sponsored Link