Tidak jauh dari Makam R. Hoedawikarta ada makam di atas dengan tengara yang berbunyi "R Ayu Arsantaka". Belum saya temukan hubungan makam itu dengan Kyai Arsantaka dikenal cikal bakal pendiri Kabupaten Purbalingga. Kyai Arsantaka pernah tinggal di Desa Masaran dan ketika wafat juga dimakamkan di sana. Hanya saja nisan makamnya kemudian dipindahkan ke makam keluarga Arsantaka di Purbalingga.
Di sebelah Makam eyang R. Hoedawikarta terdapat sebuah makam yang dibatasi tembok batu yang sebagiannya sudah runtuh. Tak ada tengara pada makam ini, namun boleh jadi itu adalah makam Kyai Arsantaka.
Di dekat Makam Eyang Hoedawikarta dengan keramik warna krem tanpa batu nisan adalah makam R. Sulaiman K yang wafat pada 7 Desember 1986. Pak Leman, demikian kami memanggilnya, adalah suami dari adik ayah yang sebenarnya masih ada hubungan darah, dan lebih tua silsilahnya dari ayah. Namun karena menikah dengan bulik maka kami tidak memanggilnya dengan sebutan pakde. Ketika ayah masih hidup, kami beberapa kali mampir ke rumahnya di Banyumas, yang seingat saya di dekat kantor kawedanan (sekarang kantor kecamatan).
Naman yang tertera pada jirat kubur adalah K Pontjoatmodjo yang meninggal pada 17 Oktober 1992, namun saya tak tahu apa hubungannya dengan mendiang eyang Hoedawikarta.
Selayang pandang pada kompleks kubur dimana makam Eyang Hoedawikarta berada. Belum terlihat tertata dan letaknya yang berada di atas perbukitan tampak agak gersang meski ada sejumlah pepohonan tumbuh di sana.
Sudut pandang yang berbeda pada kompleks makam di Desa Masaran itu, dimana eyang kakung dan eyang putri berada. DI ujung sana adalah Rohadi, adik dari suami kakak saya yang menemani saya pergi ke makam ini. Rohadi meninggal beberapa tahun lalu karena kecelakaan lalu lintas. Semoga ia beristirahat dengan tenang dan mendapat tempat yang baik di alam baka.
Ujung area pemakaman dengan tanah yang gersang. Semoga saja pamong desa setempat memberi perhatian pada konservasi area perbukitan dimana terdapat makam Eyang Hoedawikarta ini.
Sponsored Link