Pintu masuk ke Makam Wonodikromo I, keponakan Kyai Dipodrono, atau cucu dari sepupunya Mbah Lancing. Di sekitar si Mbah memang ada sejumlah makam yang sering dikunjungi peziarah, yaitu Makam Eyang Wongsojoyo, Makam Eyang Wonoyudo Inggil, dan Makam Eyang Wonoyudo Kantong. Namun saya sempat berkunjung ke Makam Eyang Wongsojoyo dan Makam Eyang Wonoyudo Inggil.
Satu makam lagi terpisah di sebelah kanan ditutupi kain hijau adalah makam Kyai Dipodrono, putera Wonoyuda Halus. Mbah Lancing terhitung paman dari Wonoyudo Halus yang juga dikenal sebagai Kyai Wongsojoyo V. Nama asli Mbah Lancing Mirit konon adalah Kyai Baji, nama yang terlalu pendek menurut saya.
Sudut pandang lain dari Makam Mbah Lancing yang sangat unik, dengan tumpukan kain batik menggunung di atas pusaranya. Di sebelah Makam Mbah Lancing adalah makam ayahnya yang bernama Kyai Ketijoyo. Di latar depan adalah bekas bakaran dupa yang telah menggunung tinggi. Entah berapa ribu orang yang telah menyumbang pada gunungan dupa itu.
Untuk masuk ke makam Eyang Wongsojoyo peziarah harus membuka alas kaki dan menapak di atas pasir yang cukup tebal. Suasana di makam ini juga sepi saat itu. Menjelang sore dan malam hari, apalagi pada malam Jumat Kliwon, tempat ini mungkin akan sangat ramai peziarah, yang datang dengan menyimpan berbagai niat dan keinginan di hatinya.
Sponsored Link