Papan nama di Makam Kyai Mojo itu menceritakan bahwa rombongan Kyai Mojo yang tiba di Tondano pada akhir tahun 1929 itu berjumlah 63 orang, dan semuanya laki-laki. Mereka kemudian menikah dengan wanita Minahasa, diantaranya bermarga Supit, Sahelangi, Tombokan, Rondonuwu, Karinda, Ratulangi, Rumbajan, Malonda, Tombuku, Kotabunan, dan Tumbelaka, dan kemudian beranak pinak di Kampung Jaton di Tondano itu.
Sebuah prasasti yang dipahat di dinding tembok kiri pintu gerbang, yang menunjukkan pemugaran kompleks Makam Kyai Mojo diresmikan oleh Prof. Dr. Haryati Soebadio pada 1981.
Anak tangga undakan menuju ke atas bukit yang kondisinya cukup baik, serta diteduhi oleh pepohonan sehingga sangat nyaman untuk menapakinya. Dari cungkup di atas sana kami mengarah ke kanan untuk menapaki lagi sejumlah undakan untuk sampai ke cungkup-cungkup makam.
Salah satu cungkup makam yang terlihat dari undakan yang kedua setelah belok ke kanan dari puncak undakan yang pertama. Meskipun tak ada pepohonan yang meneduhi jalan namun jumlah undakan yang kedua ini tidak terlalu banyak meski lebih curam.
Sponsored Link