Di sebelah pos jaga bagian dalam terdapat ruangan tanpa dinding depan semacam garasi dimana di dalamnya terdapat dua buah kereta. Satu kereta memiliki ruang penumpang tertutup dengan ornamen semacam garuda namun ada cula pada ujung hidungnya, dan ornamen kepala singa pada tali tambatan kuda. Di sebelahnya ada lagi kereta bercat hijau yang lebih sederhana.
Di bagian depan Loji Gandrung terdapat serambi dengan dua set kursi di kedua ujungnya. Pada dinding menempel tengara Cagar Budaya. Pintu masuk ada lima buah, masing-masing satu di kiri kanan dan tiga pintu masuk di tengahnya. Pintu paling tengah kebetulan terbuka, sehingga saya bisa mengintip ke dalamnya.
Tengara Cagar Budaya bernomor 17-29/C/Lw/2012 untuk Loji Gandrung yang dipasang pada November 2012. Sebagai Cagar Budaya, bangunan Loji Gandrung dilindungi oleh Undang-Undang RI nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Siluet patung Jenderal Gator Subroto di latar depan dengan latar belakang Loji Gandrung Solo. Loji ini memang pernah menjadi Markas Brigade V Slamet Riyadi, dengan Gubernur Militer Gatot Subroto. Di tempat ini Gatot Soebroto melakukan pertemuan guna menyusun taktik menghadapi Belanda yang datang dengan membonceng NICA setelah Jepang menyerah.
Gerbang masuk Loji Gandrung Solo yang dirambati tanaman rimbun, menutup rangka lengkungnya. Papan tengaranya berbunyi: "Rumah Dinas Walikota Surakarta Loji Gandrung". Jalur pedestrian di depan loji merupakan kebanggaan warga Solo yang disebut Solo City Walk, membentang mulai Purwosari sampai Pasar Gede, dengan taman dan tempat duduk nyaman.
Sponsored Link