Sebuah lukisan indah yang menggambarkan seorang panglima perang dengan golok beruikir tangkai panjang tengah mengawal dua orang puteri yang duduk di atas kereta beroda dua, berkelambu, yang didorong dengan tenaga manusia. Di belakangnya berbaris sejumlah prajurit. Di atas bukit di latar belakang terlihat sebuah bangunan besar beratap pelana.
Sebuah altar pada bagian bawah yang merupakan tempat sembahyang bagi Lao Hu Shen (Dewa Macan) dan Long Shen (Dewa Naga). Seingat saya, hampir di semua kelenteng yang pernah saya kunjungi, altar untuk Dewa Macan ini selalu berada di dalam kolong.
Pemandang pada tiga altar utama di ruangan Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja. Meski terkesan sederhana, namun kelenteng ini cukup bersih dan terawat.
Altar pemujaan Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja untuk Kwan She Im Pho Sat, atau Dewi Kwan Im. Pada masa Cina kuno, Kwan She Im Pho Sat dikenal dengan sebutan Pek Ie Tai Su, Dewi Berbaju Putih Yang Welas Asih, atau Dewi Welas Asih. Setelah agama Buddha masuk dan berkembang di Cina, Dewi Kwan Im diasosiasikan dengan perwujudan Buddha Avalokitesvara.
Sponsored Link