Foto Gong Pancasan

Lidah-lidah api menari-nari berpijar menjilati udara sementara seorang pekerja Pabrik Gong Pancasan Bogor memegangi lempeng logam yang dibakar di dalam nyala api yang kuat. Penempaan logam ini berlangsung berulang-ulang sampai bentuk sebuah gong terwujud dan siap untuk diberi sentuhan akhir.



Seorang bapak yang sudah berusia lanjut duduk agak jauh dari si pembakar lempeng logam. Ia salah seorang yang bertugas mengendalikan alat penghembus gas yang mengatur nyala api pembakar logam di Pabrik Gong Pancasan Bogor ini. Sebungkus rokok warna merah dan korek api tergeletak di samping tempat duduknya.



Tiga orang pekerja Pabrik Gong Pancasan Bogor secara bergantian dan ritmis menjatuhkan pemukul besi untuk menempa dan membentuk lempeng logam ketika masih merah membara, dengan si pembakar lempeng logam bertugas untuk memeganginya hingga warna baranya meredup.



Sebuah gong berukuran 50 cm jenis antik dengan permukaan sengaja dibuat tidak rata, lengkap dengan dudukan terbuat dari kayu mahoni, tengah dipajang di ruang pamer di samping pabrik, dan menarik perhatian saya. Bergantung beratnya, gong buatan Pabrik Gong Pancasan Bogor ini harganya waktu itu sekitar Rp. 3,5 juta. Gong ini akhirnya saya beli.



H. Sukarna kemudian menyelaraskan gong yang saya beli itu. Hanya H. Sukarna yang memiliki kemampuan menyelaraskan gong di Pabrik Gong Pancasan Bogor yang memiliki pegawai 18 orang itu.



Seorang pekerja menyiram bagian pinggir lempeng logam yang masih membara. Sebuah proses yang dilakukan untuk membentuk lempeng sesuai dengan lekuk gong yang diinginkan sebelum lempeng ditempa.



Para pegawai Pabrik Gong Pancasan ini bekerja dengan perlengkapan keamanan yang minim, seperti kacamata untuk melindungi dari silau baru dan percik bara api. Kesadaran dan disiplin dalam bekerja yang perlu ditanamkan, termasuk lingkungan kerja yang lebih bersih dan rapi.



Lempengan sudah mulai berbentuk cawan, dengan bagian yang tak ditempa sebelumnya telah disiram air. Empat pekerja terlihat bergantian menjatuhkan pemukul besi untuk menempa lempengan yang masih membara di bagian tengahnya.



Di ujung ruangan Pabrik Gong Pancasan Bogor terdapat sebuah tempat pembakaran lagi, dengan seorang pembakar dan penjaga blower. Tempat pembakaran yang ini digunakan sebagai tempat pencampuran bahan baku gong untuk dibentuk menjadi lempengan-lempengan logam campur yang siap ditempa menjadi gong.



Suasana di Pabrik Gong Pancasan Bogor, dengan dua kelompok pekerja yang bekerja di masing-masing sisi bangunan pabrik. Pabrik Gong Pancasan Bogor membuat gong dengan ukuran diameter 25 cm, 30, 35, 40, 45, 55, 60, 65, 70, dan 75 cm.



Bangunan Pabrik Gong Pancasan Bogor ini terlihat sudah tua dan sederhana, dengan area terbuka di depan bangunan yang cukup untuk memarkir dua buah kendaraan roda empat. Sebuah tulisan “Gong Factory” terlihat pada tembok bangunan. Pintu masuk sederhana ke dalam bangunan “pabrik”, yang lebih tepat disebut bengkel, berada di samping depan dan belakang.



Bangunan yang berada di tepi Jalan Pancasan ini berada di samping bengkel pabrik gong yang digunakan untuk menerima tamu dan menyelesaikan urusan transaksi dan administrasi pembayaran dengan para pelanggan. Sebagian gong yang siap kirim juga dipajang di ruangan ini.



H. Sukarna berkopiah dan memakai kaos bergaris tengah menyelesaikan urusan dengan beberapa orang tamunya, sementara kami menunggu sampai mereka selesai dengan urusannya.



Seorang pekerja dipojok ruangan Pabrik Gong Pancasan Bogor tengah membuat campuran bahan baku gong, dan seorang pekerja Pabrik Gong Pancasan Bogor yang lain tengah memperhalus gong yang telah selesai ditempa.



Pekerja yang bertugas untuk meracik campuran logam sebagai bahan dasar pembuatan gong tentulah orang yang teliti dan telaten. Campuran yang baik dengan proses yang baik pula akan menghasilkan gong dengan kualitas baik, dan konsisten mutunya.



Di belakang Pabrik Gong Pancasan Bogor terdapat rumah tingkat yang digunakan untuk pembuatan kayu dudukan gong serta gudang. Selain gong, Pabrik Gong Pancasan Bogor juga membuat peralatan musik tradisional.



H. Sukarna, 86 tahun, yang merupakan generasi ke-6 pengrajin dan pemilik Pabrik Gong Pancasan Bogor tengah menjelaskan mengenai produk-produk gong yang dibuatnya.



Koleksi Pabrik Gong Pancasan Bogor dalam berbagai jenis dan ukuran yang telah siap untuk dijual, diambil atau dikirim kepada pada pemesan dari dalam dan luar kota. Bukan hanya gong Sunda dan Jawa yang dibuat di pabrik gong ini, namun ada juga gong berwarna hitam yang adalah gong Batak.



Penyelarasan akhir pada gong tentu membutuhkan pengalaman yang lama, yang diperlukan untuk mengasah telinga agar mendapatkan suara yang dikehendaki, dan dimana serta seberapa kuat kekuatan ketukan-ketukan pada gong dengan menggunakan palu itu.



Permukaan bagian dalam gong pun diketuknya di beberapa tempat oleh H. Sukarna, sampai ia merasa benar-benar puas dengan getaran suara yang dihasilkan oleh gong buatan Pabrik Gong Pancasan Bogor miliknya itu.



©2021 Ikuti