Pandangan lebih dekat pada bagian depan Gereja tua GMIM Galilea Watumea dengan tengara nama di halaman sebelah kiri dan di atas pintu depan yang terkunci. Sebuah salib polos diletakkan di depan, sedangkan di kemuncak bangunannya terdapat penanda arah angin dan patung ayam jago. Atap seng tampaknya populer di daerah Minahasa, mungkin karena ringan lebih mudah dibentuk.
Ornamen kaca yang berada di atas pintu samping Gereja Tua GMIM Galilea Watumea, tempat kami masuk ke dalam gereja karena pintu depannya tertutup saat itu. Kaca-kaca berwarna ini dipasang pada tahun 1924 dan keasliannya masih tetap terjaga sampai saat itu.
Bagian dalam atap Gereja Tua Watumea yang seluruhnya terbuat dari susunan papan kayu, dengan titik lampu gantung di tengahnya yang dipasanag pada tahun 1924. Langit-langit kayu yang disusun konsentrik atau ritmis pada umumnya terlihat lebih artistik ketimbang bahan lain, asbes misalnya.
Ornamen tempat lampu yang dipasang di tiang-tiang penyangga Gereja Tua GMIM Galilea Watumea Minahasa yang juga dipasang pada tahun 1924, bersamaan dengan pemasangan lampu-lampu gantung dan kaca-kaca berwarna.
Sebuah prasasti yang menunjukkan bahwa Gereja Tua Watumea pernah dipugar pada 1982-1983, dan peresmiannya dilakukan oleh Prof. Dr. Haryati Subadio, yang saat itu menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sponsored Link