Di latar depan terdapat sebuah batu tegak lainnya yang berada tidak jauh dari batu Candi Ebeg, pada sisi pohon berlawanan. Jelas ini buatan manusia, yang lazimnya berasal dari jaman dan kepercayaan purba. Orang Barat menyebutnya sebagai jaman Megalitikum, jaman batu besar.
Ketinggian Situs Candi Ebeg ini bisa diperkirakan dari dalamnya lembah persawahan yang terlihat ada di belakang gerumbul pohon pada foto di atas.
Di latar depan terdapat dua buah batu tegak yang letaknya berdekatan, nyaris seperti nisan kubur bayi. Batu tegak bisa juga merupakan batu sandar di sebuah area yang menjadi tempat pertemuan masyarakat purba.
Di pinggir gerumbul kami menjumpai pagar bambu, dengan pintu bambu yang bisa diselarak, dipindahkan ke samping untuk orang bisa masuk.
Pohon besar itu, dikelilingi pohon-pohon kecil dan tumbuhan sejenis pakis atau pohon salak, yang membuat suasana gerumbul menjadi teduh, namun juga agak seram.
Berbincang dengan bapak sepuh itu tidak begitu mudah, lantaran bahasanya yang tercampur baur serta pengucapannya yang kadang sulit ditangkap. Belum lagi kemampuan mencatat saya yang sering belepotan. Padahal di ransel ada perekam suara.
Sponsored Link