Di sebelah bangunan Witana terdapat undakan untuk masuk ke dalam sebuah kolam tua. Sayang sekali kolam ini airnya hijau keruh, sehingga tidak begitu sedap dipandang mata. Memayu, yaitu penggantian sirap separuh bangunan setiap empat tahun sekali, dilakukan setiap tahun pada 25 Maulud. Memayu juga dimaksudkan untuk memperindah sifat-sifat manusia dari sifat lama yang buruk ke sifat baru yang bagus.
Gerbang masuk pertama ke dalam kompleks Kramat Buyut Trusmi, dengan gapura terbuat dari susunan bata merah bakar. Tidak terlihat ornamen keramik pada dinding gapura ini. Lapangan rumput di sebelah kiri adalah tempat dimana kami memarkir kendaraan agar lebih dekat berjalan ke lokasi. Tempat parkir yang lebih rapi berada di seberang pintu gerbang ini.
Gerbang candi bentar kedua bergaya Majapahitan terlihat setelah berjalan beberapa puluh langkah dari gerbang pertama, melewati sejumlah rumah. Tepat setelah gerbang ini di sebelah kanan sudah merupakan kompleks makam Kramat Buyut Trusmi yang dibatasi dinding bata telanjang yang panjang.
Sebuah susunan bata merah berbentuk setengah lingkaran terlihat memisahkan bagian depan dengan bagian tengah kompleks Kramat Buyut Trusmi. Kesibukan sangat terasa di tempat ini, baik relawan yang tengah mengganti sirap, maupun ibu-ibu yang tengah sibuk memasak.
Sponsored Link