Foto Benteng Speelwijk

Bagian depan Benteng Speelwijk dengan lubang masuk berbentuk lengkung yang pintunya sudah tidak ada lagi. Lubang itu terletak lebih tinggi dari tanah di luarnya. Bagian terbuka di sisi atas kanannya tampaknya dipakai untuk membidik pasukan yang menyerang dengan senapan atau senjata lainnya. Di setiap sudut benteng terdapat bastion, yaitu bagian yang menonjol ke luar.



Tinggi dinding Benteng Speelwijk tampaknya tidak kurang dari 5 meter, dengan pintu masuk yang kecil dan sempit di setiap sisinya, yang membuat penyerbu akan lebih sulit untuk memasukinya secara beramai-rami. Namun kenyataan bahwa Benteng Speelwijk yang kuat itu kini tinggal reruntuhan telah membuktikan bahwa tidak ada satu pun yang abadi di dunia ini, betapa pun kuatnya.



Dari menara pengintai di atas Benteng Speelwijk ini penjaga benteng bisa melihat kapal-kapal musuh yang tengah mendekati pantai dari arah Laut Jawa. Di tempat ini ketebalan dinding benteng tampaknya lebih besar ketimbang di bagian lainnya. Benteng ini sepertinya dibuat dengan perhitungan cermat sebagai pertahanan yang lebih dari kuat untuk menghadapi serangan pasukan pribumi yang persenjataannya tidak begitu baik.



Bagian atas benteng terbuat dari bata merah terlihat rata dan lebar, cukup leluasa bagi orang untuk bermanuver di atasnya. Bangunan di sebelah kiri di luar benteng itu mungkin adalah salah satu kubur Belanda. Memang di kawasan Benteng Speelwijk Serang ini ada kubur Belanda, namun waktu itu saya tak mengetahuinya. Di sana ada kubur komandan militer Hugo Pieter Faure (1717-1763), kubur Kopman en Fiscaal Deserbezeting (pegawai pajak dan pembelian) Jacob Wits yang meninggal 9 Maret 1769, serta kubur Catharina Maria van Doorn.



Sungai Karangantu yang kami lewati sebelum dan setelah berkunjung ke Benteng Speelwijk. Sungainya masih berfungsi meskipun endapan lumpur terlihat meninggi di beberap bagian sungai.



Untuk masuk ke Benteng Speelwijk kami melewati jembatan di atas sungai yang nyaris mati, padahal sungai itu dulu bisa dilewati kapal. Menurut cerita orang setempat, sungai itu pernah dikeruk sebanyak tiga kali, namun tampaknya laju pendangkalannya sangat cepat. Tentu akan sangat baik jika sungai itu bisa dihidupkan kembali dan penyebab pendangkalan dibenahi.



Area berumput hijau di luar benteng terlihat sangat luas, yang sebagian digunakan oleh penduduk untuk menggembala kambing.



Salah satu lubang masuk ke dalam Benteng Speelwijk yang berada di sisi sebelah kanan. Di atas sebelah kiri tampak menara pengawas yang bisa melihat pergerakan kapal di laut Jawa.



Sisa-sisa pondasi bangunan yang hampir rata dengan tanah. Benteng Speelwijk ini dibuat berlekuk pada beberapa titik, mungkin dengan pertimbangan tertentu secara kemiliteran.



Struktur dinding benteng ini terlihat tidak rata dan tak beraturan mungkin agar tak mudah dipanjat. Di latar belakang adalah pondasi bekas bangunan yang tersisa petaknya saja.



Di belakang sisa pondasi bangunan adalah dinding benteng bagian luar, yang juga dibuat berlekuk tak rata. Di luar dinding itu adalah jalan masuk yang kami lalui sebelumnya dan memutari dinding luar benteng ini.



Bagian atas benteng dimana terdapat gardu jaga beton yang menghadap ke laut. Benteng Speelwijk merupakan salah satu tanda yang tersisa tentang pendudukan tentara kolonial Belanda di Banten, selain bekas Istana Surosowan yang dihancurkan rata dengan tanah oleh tentara-tentara bayaran Daendels.



Gardu jaga dilihat dari jarak lebih dekat. Ketebalan benteng bisa dilihat pada foto ini. Lekukan pada benteng digunakan bagi para prajurit untuk membidik musuh dengan senapan dan senjata lainnya.



Pemandangan pada salah satu sudut benteng Speelwijk, memperlihatkan juga bahwa motor pun bisa masuk ke dalam benteng, yang mestinya harus dihindari. Mudah-mudahan situs peninggalan ini sudah mendapatkan perhatian yang lebih baik.



Gardu pengawas dilihat dari luar, memperlihatkan lubang intai berbentuk segitiga, serta permukaan benteng yang dibuat miring yang tentunya dibuat untuk maksud pertahanan.



Di latar belakang sana adalah daerah pantai yang hingga sampai sekarangpun tidak banyak pepohonan tinggi yang bisa mengganggu pemandangan. Parit perlindungan yang sudah menyempit juga terlihat pada foto ini.



©2021 Ikuti