Pandangan yang memperlihatkan sedikit bagian pada sisi sebelah kiri Bendung Bedegolan. Jika saja ada warung bergaya etnik yang menyatu dengan alam di sini tentu akan sangat menyenangkan.
Buih air putih memanjang yang merapat ke dinding bendung yang tinggi itu berasal dari bukaan pintu air yang ke-5. Di sebelah kanan adalah pelataran dengan pandangan langsung ke arah Bendung Bedegolan Kebumen.
Warna buih karpet air yang putih bersih ini bisa saja berubah menjadi coklat muram jika musim penghujan telah tiba. Hujan biasanya membawa kotoran dari hulu, apalagi jika telah terjadi kerusakan parah pada area resapan airnya.
Di ujung sana adalah pintu besi untuk mengatur debit air yang keluar ke saluran induk dari Bendung Bedegolan Kebumen, dengan kedung memanjang yang menyempit di ujungnya sebelum air mengalir ke sungai. Undakan terlihat di sisi kanan, dan sebelah kanannya lagi yang tak terlihat pada foto terdapat gerumbul pohon sangat tua yang berbentuk unik.
Pandangan dekat pada buih karpet air berwarna putih yang tercipta dari rambatan air yang turun di sepanjang lereng bendungan dan jatuh ke permukaan sungai di bawahnya.
Tengara di lereng dinding kedung yang berbunyi "Saluran Induk Bedegolan 8.166 ha", yang menunjukkan luas cakupan area yang dipasok airnya melalui saluran induk ini.
Di dekat roda gigi kelima itu ada tulisan pada dinding tembok yang berbunyi "Kiyai Geseng, Bedegolan 1902". Tak jelas apa arti dari angka tahun itu. Namun di sebelah kanan Bendung Bedegolan memang ada cungkup yang bertulis “Kramat Sunan/Kyai Geseng”.
Alir sungai yang terlihat tenang di sebelah atas Bendung Bedegolan. Sungai ini hulunya ada di Bendung Pejengkolan, dan lebih ke atas lagi berasal dari Waduk Wadas Lintang.
Sungai yang jalan di sampingnya kami susuri ke arah hulu sejauh sekitar 6 km hingga sampai di Bendung Bedegolan. Selain untuk mengairi sawah, penduduk di sepanjang sungai juga menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya.
Sponsored Link