Foto Air Panas Ciparay

Gerbang masuk Air Panas Ciparay Bogor yang terlihat cukup rapi dan terawat saat itu dijaga oleh seorang wanita yang melayani pengunjung untuk pembelian tiket masuk. Tidak terlihat ada banyak pengunjung pada hari itu. Mungkin hari masih terlalu pagi. Hanya saja di sepanjang jalan kami berpapasan dengan penduduk setempat dengan barang bawaan di punggungnya yang sepertinya cukup berat.



Rimbun pepohonan menaungi jalan menurun yang tertata rapi menuju lokasi Air Panas Ciparay Bogor, sementara panorama perbukitan hijau biru tampak terlihat di kejauhan. Lebih dari 200 anak tangga yang harus dilalui untuk sampai di Air Panas Ciparay. Dengan undakan rapi dan tidak begitu terjal, perjalanan ke Air Panas Ciparay relatif cukup mudah.



Deretan batang-batang bambu menjadi pancuran air panas yang terletak persis di samping Sungai Cikuluwung, di udara terbuka, tanpa penutup, seperti laiknya suasana pemandian alami di pedesaan. Kepulan asap Air Panas Ciparay ini menandakan suhu air cukup tinggi yang mengalir tanpa henti melalui pancuran-pancuran bambu sederhana ini. Suasana yang hijau teduh dan tenang terlihat di sekeliling pancuran. Batuan yang berada di sepanjang aliran sungai ini warnanya terlihat sudah berubah menjadi agak putih kekuningan.



Sebuah jembatan bambu antik berada di dekat lokasi Air Panas Ciparay Bogor yang melintas di atas Sungai Cikuluwung. Buih air Sungai Cikuluwung yang jernih, terlihat membuncah tiada henti ketika jatuh menumbuk bebatuan. Panorama sepanjang sungai serta lingkungan yang asri, memberi kesan tersendiri bagi pengunjung Air Panas Ciparay.



Jalanan menurun cukup landai selepas kami melewati pos penjualan tiket masuk Air Panas Ciparay. Sebagian jalan itu tidak menggunakan undakan, dengan dinding padas di sisi sebelah kiri dan jurang di sebelah kanan. Fenty terlihat sudah bersiap menuruni jalan yang dipaving cukup rapi ini.



Rimbun pepohonan menaungi jalan menurun yang tertata rapi menuju lokasi Air Panas Ciparay, sementara panorama perbukitan hijau biru tampak terlihat dikejauhan.



Bagi kami adalah turunan mudah ketika datang ke Air Panas Ciparay, namun bagi bapak yang membawa beban berat di pundaknya lintasan jalan itu merupakan tanjakan yang lumayan melelahkan.



Seorang penduduk setempat dengan beban lumayan berat di pundaknya berpose sejenak dan menjadi model jepretan bagi Fenty. Pada jalan dengan kemiringan curam telah dibuat undakan cukup rapi yang sangat membantu pejalan.



Undakan yang cukup tinggi ketika kembali dari Air Panas Ciparay, namun turunan landai bagi yang baru datang, karena letak air panas ada di lembah tepian sungai.



Sungai Putih atau Sungai Krem, begitulah warna batu-batu yang terserak di sepanjang badan Kali Cikuluwung ini lantaran selama bertahun-tahun mendapat aliran air panas yang mengandung belerang.



Air Kali Cikuluwung yang mengalir di sisi lokasi Air Panas Ciparay ini boleh dikatakan bersih, meski sedikit berwarna karena pengaruh air panas yang mengalir ke dalamnya.



Fondasi batu di bantaran Kali Cikuluwung di dekat lokasi Air Panas Ciparay yang tampaknya akan segera dibuat saung. Memang ada cukup banyak saung bambu di pinggiran kali, dimana pengunjung bisa beristirahat sambil menikmati minuman dan jajanan hangat.



Inilah ujung lembah dimana Air Panas Ciparay berada. Dengan melewati satu tanjakan kecil dan lalu menurun kita sudah sampai di lokasi Air Panas Ciparay, di pinggir Kali Cikuluwung yang memiliki pemandangan eksotik.



Serakan batu yang tak beraturan di sepanjang Kali Cikuluwung terlihat kontras warnanya dengan pepohonan lebat hijau yang berada di sisi kiri kanan sungai.



Pandangan ke arah hilir Kali Cikuluwung dari sisi sebuah saung yang berada di bantaran sungai. Berdiri di tempat ini, atau duduk-duduk di atas batu, cukup membuat pikiran lepas oleh desau angin dan bunyi gemercik air sungai yang tak pernah henti.



Jembatan bambu yang melintang di atas Kali Cikuluwung ini kondisinya masih relatif baru saat itu, dan menjadi tempat yang baik untuk mengambil foto selfie di atas sungai.



Di beberapa tempat, aliran sungai itu membuat semacam kedung yang lumayan dalam dan bisa menjadi tempat mandi yang menyenangkan. Beberapa anak muda tampak tengah duduk di sebuah batu besar di dekat kedung itu.



Gubug atau saung sederhana di tepian sungai itu tak terlalu buruk, dan cukup nyaman untuk bersantai, hanya saja perlu penataan seorang yang mengerti asrsitektur lanskap dan arsitektur gubug sederhana berbiaya murah namun dengan desain berkelas. Perawatan rutin setiap tahun juga diperlukan agar tetap terlihat elok dan bersih.



Atas jembatan bambu yang cukup kokoh ini jika sedang tidak banyak pengunjung lalu lalang bisa menjadi tempat yang baik untuk mengambil foto suasana dan alam sekitar ke arah hulu sungai.



Pemandangan arah ke hilir juga tak kalah eloknya, dengan pandangan yang cukup jauh mengikuti badan sungai dengan perbukitan hijau subur yang menjulang tinggi di sebelah kiri dan kanannya.



Meskipun jauh dari keramaian dan berada di lembah sungai yang cukup dalam, namun signal telepon genggam masih bisa diperoleh di kawasan Air Panas Ciparay.



Meskipun hujan termasuk sering turun di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, namun tersedia cukup saung untuk berteduh sambil menikmati minuman hangat dan makanan.



Pancuran Air Panas Ciparay di tepian Kali Cikuluwung ini terkesan sederhana, dan lantai serta dindingnya pun sudah memerlukan perawatan dan pembersihan agar pengunjung tidak risih ketika memakainya.



Beberapa orang pekerja tampak tengah membersihkan lumut yang menempel pada lantai serta dinding kolam rendam terbuka Air Panas Ciparay. Semoga saja dengan cara sederhana dan manual seperti itu hasilnya tetap bisa memuaskan.



Selain pancuran di tepi Kali Cikuluwung serta kolam rendam terbuka, Air Panas Ciparay juga menyediakan beberapa buah kamar rendam privat.



Kolam rendam terbuka lainnya yang lokasinya berada di depan kamar rendam privat Air Panas Ciparay. Jika saja warna airnya bisa dibuat lebih jernih tentu akan sangat menyenangkan.



Sebuah gubug bebas yang berada di tepi bantaran Kali Cikuluwung yang menjadi tempat nyaman untuk duduk-duduk sambil menikmati udara segar serta pemandangan alam sekitar Air Panas Ciparay.



Panorama di sekitar Pancuran Terbuka Air Panas Ciparay yang diambil dari gubug di tepi bantaran sungai yang letaknya tanahnya berada sedikit lebih tinggi.



Jembatan bambu kedua yang terletak lebih ke arah hulu sungai, menjadi tempat yang baik bila area sekitar jembatan pertama sudah ada banyak pengunjung yang datang. Saung-saung juga tersedia di sana.



Dari jauh terlihat Fenty sambil berjongkok tengah membidik sebuah obyek yang ada di sungai. Selain aliran air sungai yang cukup deras melewati batuan, lumut unik yang tumbuh pada sejumlah batu juga menarik untuk dilihat.



Pilar batu penyangga jembatan itu terlihat masih kokoh meskipun sudah menua. Banyaknya batu besar yang terserak di sepanjang sungai di bagian hulu membuat kekuatan hantaman air bah sewaktu hujan akan banyak berkurang, membuat pilar ini tetap sentosa.



Jembatan bambu yang dibuat berkelok ditopang oleh pilar yang cukup tebal. Jembatan ini terlihat kokoh, hanya saja harus dihindari banyaknya orang berdiri di atas jembatan ini pada saat yang bersamaan.



Sudut pandang lain pada jembatan bambu yang bentuknya menyudut itu. Entah sengaja dibuat bentuknya demikian agar lebih awet, atau hanya kebetulan saja karena lokasi pilar jembatan yang mengharuskan dibuat di sana.



Pemandangan Sungai Cikuluwung dari bawah jembatan bambu setelah berjalan diantara batu-batu kali yang terserak bebas dimana-mana.



Sebuah pemandangan menarik ketika berjalan diantara serakan batuan Sungai Cikuluwung, yaitu adanya lumut yang tumbuh di atas batuan, tidak berwarna hijau namun orange cerah.



Pandangan lebih dekat pada lumut yang tumbuh di atas batu besar itu. Jika saja lumut itu tumbuh pada permukaan batu di bawah air maka akan bisa memberi warna menarik pada air sungainya.



Adalah baik membuat bangunan di lingkungan alam seperti ini dengan memakai bahan yang tidak permanen dan lebih menyatu dengan suasana sekitar, seperti warung di atas sana itu. Membuat rumah panggung akan lebih baik, agar area serapan air tidak berkurang.



Aliran air sungai deras yang melewati sela batuan dan membuat air terjun pendek di sana-sini memberi hiburan tersendiri ketika tengah duduk-duduk di atas batu besar di atas sungai.



Foto jembatan bambu dari arah bawah yang memperlihatkan struktur jembatan serta pilar semen penyangga jembatan ini.



Setelah berkeliling melihat-lihat alam sekitar, sangat menyenangkan untuk duduk bersantai lesehan di salah satu warung yang berada tepat dipinggir sungai, seperti yang Lita dan kami lakukan.



Fenty dengan tawa lepasnya saat kami duduk mengobrol sambil menunggu pesanan minuman dan makanan hangat yang disediakan oleh pemilik saung. Hawa yang dingin dan suara gemericik air sungai memberi suasana yang menyenangkan, meski berada di dalam saung yang sederhana.



©2021 Ikuti