Banten, Monumen, Tangerang, Tangerang Selatan

Monumen Lengkong

Monumen Lengkong Tangerang adalah sebuah monumen yang dibangun pemerintah Kota Tangerang dan BSD pada 1993 untuk memperingati Peristiwa Lengkong yang terjadi setelah berakhirnya Perang Pasifik. Dalam peristiwa tragis yang tak terduga itu, seluruhnya ada 3 orang Perwira dari Resimen IV Tentara Republik Indonesia serta 34 Taruna Akademi Militer Tangerang yang tewas.

Lokasi Monumen Lengkong letaknya agak tersembunyi di bagian depan perumahan BSD, Tangerang. Catatan sejarah menyebutkan bahwa pada 25 Januari 1946, Mayor Daan Mogot memimpin puluhan Taruna Akademi Militer Tangerang, akademi militer pertama di Indonesia, untuk mendatangi markas Tentara Jepang di Desa Lengkong, dengan tujuan melucuti mereka guna mendapatkan persenjataan.

Perundingan dengan pihak Tentara Jepang dibawah pimpinan Kapten Abe, dilakukan oleh Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo dan seorang Taruna Akademi Militer Tangerang. Letusan senjata dan rentetan mitraliur yang terjadi tiba-tiba ketika perundingan tengah berlangsung berujung pada terjadinya pertempuran tak seimbang yang berakhir dengan tewasnya 34 taruna dan 3 perwira TRI, yaitu Mayor Daan Mogot, Letnan Soebianto dan Letnan Soetopo. Sedangkan Mayor Wibowo dan lebih dari 20 Taruna lainnya ditawan oleh Tentara Jepang.

Bentuk bangunan Monumen Lengkong berupa tembok warna gelap agak melengkung kedalam setinggi lebih dari 2 meter dengan tulisan berwarna keemasan, berisikan catatan sejarah singkat terjadinya Peristiwa Lengkong, serta nama-nama mereka yang gugur dalam peristiwa itu. Bendera Sangsaka Merah Putih juga tampak berkibar pada sebuah tiang tinggi.

Di bagian kiri dan kanan monumen dibuat dengan dinding rumput lumayan tinggi. Dinding rumput itu serta arah hadapnya yang memunggungi jalan masuk BSD, membuat lokasi Monumen Lengkong tersembunyi dari pandangan mata. Bagaimanapun Monumen Lengkong terlihat sangat terawat dan rapi, dengan pepohonan yang cukup rimbun di sekelilingnya serta rumput yang hijau subur.

Monumen Lengkong sepertinya dirancang bukan sebagai tempat wisata sejarah, setidaknya karena tidak ditemukan tempat duduk di sekitar lokasi, yang membuat orang ingin cepat-cepat meninggalkan tempat setelah berkunjung. Area di dekitar Monumen Lengkong mungkin hanya dipergunakan dan ramai dikunjungi orang setahun sekali ketika dilakukan acara peringatan yang dilakukan setiap tanggal 25 Januari, tanggal terjadinya peristiwa Lengkong.

Mayor Daan Mogot

Tulisan yang dipahat mengenai Peristiwa Lengkong berbunyi: "Pada Hari Jumat petang tanggal 25 Januari 1946, telah terjadi peristiwa berdarah di Lengkong / Serpong, dimana pasukan dari Akademi Militer Tangerang yang dipimpin oleh Mayor Daan Mogot yang tengah merundingkan penyerahan senjata dari Pasukan Jepang di Lengkong kepada Pasukan TRI secara tiba-tiba sekali telah dihujani tembakan dan diserbu oleh Pasukan Jepang, sehingga mengakibatkan gugurnya 34 Taruna Akademi Militer Tangerang dan 3 Perwira TRI, diantaranya Mayor Daan Mogot sendiri."

Perwira TRI yang gugur selain Mayor Daan Mogot adalah Letnan I Soebijanto Djojohadikoesoemo dan Letnan I Soetopo. Sedangkan Taruna Akademi Militer Tangerang yang gugur adalah Sajid Mohammad Alhadad, Mohammad Arsad Bin Moesanip, Bachroedin, R Brentel Soegito, Harsono Pramoegiri, Maringka, Marsono, Martono, Matdoellah, Memed Danoemihardja, Oemar bin Ali, Rafli Agoes, Mohammad Ramli Achmad, Rohadi, Saleh Bachroedin bin Hadji Soehaemi, R Santosa Koesman, Sasmita, Sasmita Soenarja, Sarjanto Sarnoe, Sjamsir Alam, Sjeket Salim, Soebandi, Soebijanto Hardjowijoto, Soegianto, Soegito, Soekadi, Soejono Djojohadikoesoemo, Soekiswo, Soemantri Martaatmadja, Soerardi, Soerjani, R Soeseno, Soewirjotjokrowigoeno, dan Zainal.

Sedikit mengenai riwayat Daan Mogot yang lahir di Manado pada 28 Desember 1928. Ia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara yang lahir dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang. Pada 1939 keluarganya pindah ke Batavia, dan pada 1942 Daan Mogot menjadi anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda), pasukan parameliter pribumi yang dibentuk Jepang di Tangerang, dipimpin perwira pelatih Jepang Yanagawa dan dibantu oleh M. Nakajima.

Pada 1943 Daan Mogot diangkat menjadi pembantu instruktur PETA (Pembela Tanah Air) di Bali. Ketika pada 18 November 1945 berdiri Militaire Academie Tangerang (Akademi Militer Tangerang), Mayor Daan Mogot pun ditunjuk sebagai direktur. Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini.

Hampir pasti saya tidak sendirian, bahwa meskipun sudah lebih dari dua puluh tahun saya mengenal Jl. Daan Mogot yang menghubungkan Jakarta dan Tangerang, namun saya baru mengetahui siapa itu Daan Mogot dan apa peranannya, saat mengetahui keberadaan Monumen Lengkong ini, dan membaca dengan mata kepala sendiri tentang bagaimana Peristiwa Lengkong itu terjadi. Jasad Mayor Daan Mogot disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Taruna di Kota Tangerang.

Ketika gugur, Daan Mogot yang saat itu baru berusia 17 tahun mempunyai seorang pacar bernama Hadjari Singgih. Rambut Hadjari yang mencapai pinggang ia potong dan dikubur bersama jenazah Daan Mogot. Peristiwa Lengkong telah digunakan sebagai bahan penulisan skenario film Merah Putih yang dibuat pada 2009. Kembali ke lokasi monumen, sebuah rumah berdiri di sebelah Monumen yang semula saya duga berfungsi sebagai museum, namun tidak terlihat adanya petunjuk atau tanda apa pun di sana.

monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang monumen lengkong tangerang

Ada perasaan senang dan haru ketika mengunjungi Monumen Lengkong. Senang karena telah berkunjung dan mengetahui peristiwa sejarah yang melatarbelakanginya. Haru karena mereka gugur di awal perjuangan menegakkan Republik ini, tanpa sempat mengecap buah kemerdekaan yang mereka perjuangkan. Pengorbanan orang-orang seperti mereka itulah, serta pengorbanan nyawa ribuan dan bahkan ratusan ribu pejuang lainnya, yang membuat kita harus teguh menjaga negeri ini dari rongrongan kelompok radikal dengan ideologi antah berantah yang hendak membajak dan merusak tatanan dan keutuhan NKRI.

Alamat Monumen Lengkong berada di sebelah Pos Satpam, Perumahan BSD, Serpong, Tangerang. Lokasi GPS : -6.28081, 106.65976, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Tangerang, Hotel di Tangerang Selatan, Tempat Wisata di Tangerang, Peta Wisata Tangerang.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Februari 15, 2021.