Jawa Tengah, Makam, Pekalongan, Rogoselo, Wali

Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan

Kami melanjutkan perjalanan ke lokasi Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan yang berada di Desa Rogoselo, Kecamatan Doro. Gerbang masuk ke makam berada di mulut jalan simpang yang mengarah ke kanan hanya beberapa ratus meter dari Bendung Rogoselo yang kami kunjungi sebelumnya.

Dari gerbang masuk hingga kaki bawah undakan menuju ke Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan yang berada di atas bukit jaraknya cukup dekat. Area parkir menyimpang ke kanan dari jalan masuk, berada di halaman samping masjid yang didirikan oleh sang wali. Di kanan masjid ada trap-trapan turun untuk menuju ke sungai.

Di pojok simpangan ke area parkir itu terdapat sejumlah warung yang menyediakan makanan dan minuman untuk para peziarah. Kami sempat membeli jajanan pengganjal perut di salah satu warung itu. Selagi menaiki undakan menuju ke pinggang bukit tempat Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan berada, Dodi memilih untuk duduk beristirahat di warung.

makam syekh wali agung rogoselo pekalongan

Pandangan ke area perkampungan di ujung bawah undakan dengan memunggungi bukit saat beberapa wanita berjalan kaki setelah berziarah ke Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan. Rapatnya rumah tanpa halaman membuat matahari terasa terik karena kurangnya pepohonan. Hanya ada satu pohon cukup rindang dimana kendaraan Dodi diparkir di bawahnya.

Jalan dimana angkot berwarna hijau diparkir yang merapat ke warung adalah jalan simpang menuju ke masjid yang berukuran lumayan besar. Halamannya masjid lumayan lega untuk menampung kendaraan yang digunakan oleh para peziarah. Sebelum menuju ke Makam Syekh Wali Agung Rogoselo, para peziarah biasanya singgah terlebih dahulu ke masjid untuk bersuci.

Sampai saat kami berkunjung, seingat saya baru satu warung sederhana yang ada di sekitar area parkir makam di dekat masjid. Namun mungkin sekali saat ini sudah ada lagi yang baru, yang semoga lebih memberi kenyamanan bagi para peziarah yang hendak sekadar minum kopi atau pun untuk mengisi perutnya yang lapar.

Cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan berukuran lumayan besar, berbentuk segi empat dengan atap limasan tumpang. Di bagian depan terdapat serambi yang tidak terlalu lebar, dengan dua lubang berbentuk lengkung yang dipasang pintu pagar berjeruji besi berdaun dua untuk masuk ke ruangan. Saat itu hanya satu lubang pintu yang dibuka.

makam syekh wali agung rogoselo pekalongan

Dari teras cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan sejenak saya berdiri memandang ke arah undakan yang baru saja kami tapaki. Ujung bawah undakan terlihat di ujung sana. Tak terlalu tinggi, dan cukup nyaman undakannya karena lebar dan terbagi untuk peziarah yang baru datang dan untuk yang turun ke bawah. Paving blok pada undakan juga ditata rapi dan masih bagus.

Kesan sederhana adalah apa yang tertangkap oleh mata ketika berada di dalam ruangan cungkup makam ini, yang artinya hingga saat itu area dan bangunan yang ada di dalam kompleks makam ini masih belum mendapat sentuhan ahli tata lanskap dan tata interior ruangan. Namun cepat atau lambat tempat ini saya kira akan berubah menjadi jauh lebih baik yang bukan hanya sebagai penghormatan bagi sang wali, namun juga memberi kenyamanan yang membawa kekhusyukan bagi peziarah.

Pada sisi sebelah kiri ruangan cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan terdapat lubang hawa tak berpenutup dan lubang masuk yang ditutup pagar besi berjeruji yang digembok. Gembok itu tampaknya hanya dibuka pada musim ziarah untuk mempermudah keluar masuknya orang. Ruangan ini nyaris tanpa ornamen, kecuali beberapa tempelan pada dinding.

Di dekat lubang pintu ada sebuah makam yang lebih rendah dari lantai, setebal keramik, bertabur batu sehalus pasir berwarna krem. Ada empat batu nisan sederhana pada makam itu, satu agak besar, dua lebih kecil, dan satu lagi lebih kecil lagi. Tak ada tengara nama pada makam ini. Barangkali adalah kubur kuncen atau murid beliau.

Ruangan utama dan satu-satunya ruangan di dalam cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo memiliki empat pilar kayu persegi yang menyangga bagian puncak atap cungkup. Jirat kubur Syekh Wali Agung Rogoselo berada di sisi kanan ruangan, di dalam struktur berbentuk kotak yang dibalut rapat dengan kain cukup tebal warna putih bermotif.

Suasana sangat sepi ketika itu. Peziarah terakhir sudah pergi meninggalkan makam saat kami menaiki undakan, dan peziarah yang baru belum lagi tiba. Tak ada yang menjaga makam ini, sehingga ada rasa segan untuk menyingkap kain penutup untuk melihat jirat kubur sang wali. Membuka atau tak membuka kain penutup kubur sering bergantung pada gerak hati.

Selepas berkunjung ke cungkup Makam Syekh Wali Agung Rogoselo, kami berjalan kaki menuju ke arah masjid yang disebut sebagai masjid keramat lantaran didirikan oleh sang wali sendiri. Arsitektur bangunan masjidnya biasa saja, dan tak ada ornamen yang memikat di dalam ruangan. Lantai tempat bersuci sengaja digenang air, yang agak membuat risih.

Saya sempat mampir ke rumah Ki Daki (75 tahun), kuncen Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan, yang rumahnya berada tepat di pinggir halaman samping masjid. Kami berselonjor kaki, duduk di lantai teras rumahnya sambil berbincang. Meskipun pembicaraan kami berlangsung tak begitu lancar, namun ada beberapa informasi yang saya dapatkan.

Konon Syekh Wali Agung Rogoselo berasal dari Mekah, hidup sebelum walisongo. Beliau lahir di atas batu sehingga disebut Rogoselo. Menurut Ki Daki, dulu dukuh ini sepi. Pada 1956 hanya ada 6 rumah. Setelah tahun 80-an baru bermunculan rumah baru. Acara tahunan di makam keramat ini berlangsung setiap 17 - 20 Suro dengan tahlilan dan manakib pada malam 17.


Makam Syekh Wali Agung Rogoselo Pekalongan

Alamat : Desa Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan. Lokasi GPS : -7.06806, 109.66267, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis, sumbangan diharapkan. Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 15, 2019.