Bekasi, Jawa Barat, Taman Buaya

Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi

Tulisan Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi ini menjadi travelog pertama untuk wilayah padat penduduk yang berbatasan dengan DKI Jakarta di sisi Timur itu, meski bisa dibilang wilayah terdekat di luar Jakarta dengan tempat dimana saya tinggal, Jakarta Timur. Sering pula dulu lewat melintasinya, baik di dalam kotanya maupun di sekitaran Jababeka dan Cikarang, namun setelah bertahun-tahun menulis blog baru kali inilah ada travelognya, sementara sudah banyak travelog terbit untuk Tangerang dan Bogor.

Meski Bekasi belum bisa disebut sebagai tempat tujuan wisata, namun daerahnya terus berkembang semakin maju. Wilayah luas, mulai dari Muara Gembong hingga Cibarusah, Serang Baru dan Bojongmangu di selatan. Di sisi baratnya ada Tarumajaya, Babelan, Tambun, dan Setu, sedangkan di sisi Timurnya ada Pebayuran, Kedungwaringin, dan Cikarang. Di tengah ada Cibitung, Sukatani. Cikarang sendiri terbagi menjadi lima wilayah.

Taman Buaya Indonesia Jaya adalah tempat wisata berusia cukup tua di Bekasi yang berdiri sejak tahun 1990, sebelum waterboom dan mal ramai, dan masih bertahan hidup hingga saat ini. Hampir jam setengah empat sore saat kami tiba di pelataran parkirnya yang bisa menampung puluhan mobil dan belasan bus pariwisata berukuran besar. Panjang halamannya tak kurang dari 115 meter dengan lebar sedikitnya 20 meter.

Sebuah patung buaya berukuran besar berada di halaman parkir Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi, yang agak berbeda sedikit gestur mulut dan badannya dengan yang ada di Taman Buaya Tanjung Pasir, Tangerang. Karena pemilik penangkaran buaya di kedua tempat itu sama, maka besar kemungkinan yang membuat kedua patung buaya itu adalah orang yang sama.

Jika dudukan patung buaya di Tanjung Pasir berupa bundaran, maka yang ada di Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi ini berbentuk segi empat, namun tetap dengan bundaran di bawahnya. Perbedaan kedua tempat penangkaran buaya yang cukup besar kapasaitasnya ini pada luas tanah dan pengaturan serta pemanfaatan lanskap yang tersedia.

Hanya tinggal setengah jam lagi tempat ini ditutup untuk pengunjung, namun karena sudah jauh-jauh datang ke sana maka kami tetap membeli karcis dan masuk ke dalam area penangkaran untuk memuaskan rasa ingin tahu, setidaknya bisa membandingkan dengan yang ada di Tanjung Pasir. Sepertinya kami adalah pengunjung terakhir di hari itu, karena tak ada lagi orang yang terlihat masuk ke taman setelah kami berada di dalam.

Penangkaran buaya yang ada di Bekasi ini merupakan pindahan dari Pluit, sedangkan Taman Buaya Tanjung Pasir, Tangerang, merupakan pindahan dari Bandengan. Jika di Bandengan dan Pluit dahulu tanahnya masih mengontrak, maka yang di Bekasi dan Tangerang sudah merupakan tanah milik sendiri.

Segerombol buaya tampak tengah bersantai di kolam dan di daratan sekitaran tepiannya. Air kolam yang berwarna hijau menandai lamanya air itu diam menggenang di kolam dan tidak mengalir. Bisa dipahami, oleh sebab siapa pula yang sanggup mengusir sekian banyak buaya setiap beberapa bulan sekali untuk mengganti air kolam dengan yang baru.

Walaupun buaya adalah pemakan bangkai namun mereka pun bisa sakit dan mati selama di penangkaran. Kolam pada foto adalah merupakan tempat penampungan paling luas di kompleks Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi. Letaknya berada di sisi barat daya, sekitar 20 meter jaraknya dari kolam buaya lainnya yang berukuran lebih kecil.

Selain dua kolam itu, setidaknya ada 3 atau empat kolam buaya lainnya dengan ukuran yang lebih kecil. Jumlah keseluruhan buaya yang ada di penangkaran saat itu adalah 425 ekor, termasuk buaya muara, buaya putih, buaya air payau Kalimantan, dan buaya Irian. Cukup banyak. Kolam dengan jalur pedestrian pengunjung dibatasi parit yang dalam selebar sekitar setengah meter.

Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi memiliki taman yang cukup luas dengan pepohonan yang rimbun, dimana terdapat berbagai macam mainan anak seperti sejumlah ayunanan, luncuran, gazebo beton, patung-patung binatang mulai dari buaya besar dan kecil yang bisa dinaiki anak-anak, ular naga, harimau loreng, dan sejumlah patung binatang lainnya. Meskipun sudah tampak tua namun beberapa mainan dan patung itu masih lumayan untuk hiburan anak-anak.

Tempat pertunjukan atraksi buaya, debus Banten dan ular berbentuk setengah lingkaran yang disebut Arena Atraksi Joko Tingkir dan mestinya merupakan andalan penerimaan bagi Taman Buaya Indonesia Jaya. Namun pertunjukan yang pada papan tertulis sebulan dua kali semasa jayanya tempat wisata itu kini hanya dipertunjukkan selama sekitar semingguan setelah hari raya lebaran.

Perijinan pertunjukan yang beresiko tinggi ini dan animo masyarakat yang tampaknya menjadi penyebabnya. Dari obrolan dengan petugas, pendiri Taman Buaya Indonesia Jaya Bekasi yang bernama Lukman Arifin ternyata sudah meninggal dunia, dan sekarang pengelolaannya dipegang oleh anaknya yang bernama Sugiarta Arifin.

Di dalam kolam yang terpisah dan berukuran tak terlalu besar ini terdapat sejumlah kecil buaya dan seekor buaya putih yang bukan hanya badannya saja namun sampai matanya pun berwarna putih. Buaya ini terlihat sangat waspada saat berenang perlahan mendekati tempat saya berdiri, yang membuat saya pun menjadi berhati-hati karena saya tahu buaya bisa meloncat beberapa meter di atas air yang bisa membuat orang kaget.

Di dekat buaya albino itu terdapat kolam lain yang berukuran lebih kecil yang ditutup jala logam dan dibatasi pagar ram-raman besi dimana terdapat buaya buntung berumur 14 tahun dan seekor buaya yang disebut paling imut. Mungkin untuk meringankan biaya pakan, tertulis di sana bahwa buaya buntung dan buaya albino itu keramat dan barang siapa mempunyai nazar maka bisa menyumbangkan ayam, bebek dll untuk diberikan pada kedua buaya itu. Penangkaran ini juga menerima derma bangkai binatang yang mati tergilas kendaraan.

taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi taman buaya indonesia jaya bekasi

Berbeda dengan saya lihat di Tangerang dulu dimana di dekat lokasi bisa ditemui warung-warung yang menawarkan sate buaya, maka di Bekasi ini tak ada warungseperti itu. Masih dari informasi seorang petugas, bagi yang berminat mencicipi sate dan tangkur buaya yang konon rasanya panas di badan bisa membeli buaya hidup sepanjang 1 meter untuk disate dengan harga kisaran 2-3 juta rupiah. Telur buaya juga bisa dibeli, jika sedang ada, dengan harga Rp 50.000 per butirnya.


Alamat Taman Buaya Indonesia Jaya berada di Desa Sukaragam, Serang Baru, Bekasi, Jawa Barat. Jam buka : 08.00 - 16.00. Lokasi GPS : -6.3931246, 107.1032855, Waze. Harga tiket masuk : Rp 20.000 dewasa, dan Rp 15.000 untuk anak-anak. Hotel Murah di Bekasi, Hotel di Bekasi, Tempat Wisata di Bekasi, Peta Wisata Bekasi.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Desember 31, 2019.