Bitung, Sulawesi Utara

Kelenteng Seng Bo Kiong Bitung

Kelenteng Seng Bio Kiong adalah sebuah kelenteng Tao berukuran cukup besar dengan ornamen khas kelenteng yang indah. Lokasi kelenteng berada di Jl. Kadoodan (sekarang Jl. Aa Maramis), Kota Bitung, Sulawesi Utara. Kelenteng ini merupakan rumah ibadah tiga lantai, yang dibangun pada tahun 2000 oleh Deny Sondak di atas tanah luas, memunggungi sebuah bukit dan menghadap ke arah Selat Lembeh yang berjarak 2,5 km atau 7 menit perjalanan ke arah selatan.

Ketika kami baru tiba, seorang anak muda yang menemui kami mengatakan bahwa pengunjung hanya diperbolehkan memotret dari area di dekat pintu masuk Kelenteng Seng Bo Kiong. Sebagai tamu kami pun menurut. Namun entah apa yang dikatakan seorang teman kepadanya, karena sesaat kemudian ia memperbolehkan kami memotret di dalam kelenteng, asalkan tidak menggunakan lampu blitz, yang memang tidak pernah saya lakukan meski di ruangan gelap di dalam gua sekalipun.

Setelah kami melihat-lihat dan mengambil sejumlah foto di altar utama kelenteng yang berada di lantai satu, si anak muda itu pun lalu mengantar kami untuk naik dan mengambil beberapa foto di lantai dua dan lantai tiga Kelenteng Seng Bo Kiong ini. Entah itu merupakan bentuk kesopanan untuk mengantar tamu, atau untuk memastikan tidak ada barang di kelenteng yang rusak atau hilang, pikiran jelek yang muncul di pikir karena sikapnya yang kurang bersahabat di awal kunjungan ...

kelenteng seng bo kiong
Tampak muka Kelenteng Seng Bo Kiong dengan dua pasang ular naga di wuwungan, sepasang naga kecil dan sepasang lagi berukuran lebih besar di belakangnya, menghadap mustika di tengahnya. Sepasang naga yang lebih besar lagi dengan detail relief elok melilit di pilar kiri kanan di dekat pintu masuk, sementara sepasang harimau putih berjaga di halaman, dan sebuah hiolo terbuat dari kuningan berada di depan anak tangga kelenteng.

Hiolo yang berada di halaman dengan hiasan beberapa ekor naga itu adalah tempat bagi para pendoa untuk menancapkan batang hio yang sudah dibakar setelah dipakai bersembahyang kepada Dewa Langit. Selain bangunan utama kelenteng, di sebelah kanan ada dua bangunan sayap berukuran kecil dan sebuah bangunan besar semacam aula yang memiliki halaman luas. Bersebelahan dengan kelenteng itu kini ada Vihara Buddha Sasana dan Viharaha Parjna Maitreya yang sewaktu kunjungan sepertinya belum lagi ada.

kelenteng seng bo kiong
Septong pemandangan ke arah ruang utama di lantai satu Kelenteng Seng Bo Kiong dengan pijar lampu bohlam di sejumlah tempat, dan pendar cahaya dari nyala lilin berukuran puluhan atau mungkin ratusan kati yang menjadi ciri khas kelenteng. Sebuah hiolo dengan bahan logam dan ukiran naga yang amat indah terlihat menggantung di ruang utama kelenteng. Ukiran pada hiolonya bisa dibilang kelas satu, sangat detail dan elok.

Tradisi membakar hio atau wewangian tidak hanya dikenal di kebudayaan Tiongkok, namun juga di Jawa dan di banyak tempat lainnya dimana kepercayaan tradisional masih terjaga. Di Jawa, membakar dupa dilakukan agar asapnya yang membubung ke angkasa dan berbau harum itu bisa menjadi tali pengikat rasa untuk menyembah kepada Pencipta dan Penguasa Alam Semesta. Membakar hio atau dupa yang mengeluarkan asap dan menyebar wewangian merupakan cara untuk membangun suasana khidmat saat berdoa.

kelenteng seng bo kiong
Altar utama yang berada di area tengah ruangan di lantai pertama Kelenteng Seng Bo Kiong, diperuntukkan untuk memuja Thian Sian Seng Bo, yang adalah dewi laut, dewi pelindung para pelaut dari bahaya selama mengarungi samudera agar selamat sampai ke tempat yang dituju dan kembali pula tanpa kurang suatu apa. Ini bisa dimengerti karena Bitung adalah kota yang terletak di tepian pantai.

Konon Laksamana Ceng Ho, meski muslim, saat berlayar selalu memimpin upacara sembahyang untuk memohon perlindungan keselamatan kepada Thian Sian Seng Bo (Mak Co, Mazu). Pada pelayaran ketiga di tahun 1409, Cheng Ho dikabarkan singgah di Pulau Mei-chou dan mengadakan upacara sembahyang di kelenteng Mazu. Prasasti peninggalan Cheng Ho masih bisa dilihat di Zhan-le, Provinsi Fujian. Karena keberhasilan misi Laksamana Cheng Ho adalah karena berkatnya, Mak Co mendapat gelar Tian Fei atau Bunda Suci dari Surga di Langit yang diberikan pada tahun 1417 oleh Kaisar Yongle dari Dinasti Ming.

kelenteng seng bo kiong
Altar untuk memuja Hok Tek Tjeng Sin, yang juga disebut Tho Te Kong, Dewa Bumi, salah satu dewa yang paling dipuja dan patungnya bisa ditemukan di semua kelenteng di dekat pasar tua di kota dimana ada orang Tionghoa tinggal, karena ia dipercaya sebagai pemberi rezeki dan pembawa kemakmuran. Altarnya berada di ujung kiri ruang utama kelenteng. Di altar ini pengunjung biasanya membakar 5 batang hio agar usaha dagangnya laris dan membawa berkah.

Altar yang dipergunakan untuk bersembahyang memuja Kwan Seng Tek Kun, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kwan Kong (Guan Gong), terletak di pojok sebelah kanan ruangan Kelenteng Seng Bo Kiong. Kwan Kong adalah seorang Jenderal masyhur yang hidup di jaman Tiga Negara (Sam Kok, tahun 165 - 219 Masehi). Ia dipercaya telah mencapai kesempurnaan, dengan gelar Bodhisatva Satyakalama Kwan Seng Tek Kun (Guan Sheng Di Jun).

Altar untuk memuja Dewi Kwan Im kami lihat ada di lantai tiga Kelenteng Seng Bo Kiong, dengan sebuah hiolo indah diletakkan di depan altar. Ada pula altar pemujaan bagi Tri Nabi Agung, yaitu Lao Tze (Lo Cu), Kong Tze (Kong Hu Cu) dan Buddha, yang berada di lantai dua Kelenteng Seng Bo Kiong. Sebuah hiolo kecil indah terlihat di altar Tri Nabi Agung.

Kelenteng Seng Bo Kiong bisa anda kunjungi ketika sedang berada di kota Bitung, Sulawesi Utara, apakah untuk berziarah dan bersembahyang atau pun sekadar mengagumi dan merekam keindahan bangunan dan isinya. Kota Bitung berjarak sekitar 50 km dari Manado yang saat itu masih bisa ditempuh dalam waktu sekitar satu jam, namun kabarnya sekarang bisa memakan sampai dua jam jika macet. Sukur jalan tol Manado-Bitung sepanjang 39 km sedang dikebut pengerjaannya dan ditargetkan mulai beroperasi tahun 2019.

Kelenteng Seng Bo Kiong Bitung

Alamat: Jl. Aa Maramis, Kota Bitung, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.449555,125.17984, Waze. Referensi : Tempat Wisata di Bitung, Peta Wisata Bitung, Hotel di Bitung.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 25, 2017.